I promise I’ll never leave your love.
—
“Ga biasanya hujan di bulan april”
“Iya ga biasanya…”
Hening.
“Halo?”
“Ga biasanya juga orang melarikan diri di bulan april”
“…”
“Kemarin kemana? Kenapa offiline?”
“Hmm”
“Kok narik nafas?”
“Ini hari pertama aku pms. Bisa ga, bahas hal lain aja?”
Hening.
“Mau oreo ga?”
“Dalam rangka?”
“Biar moodnya bagus”
—
—
Hujan di bulan april. Aku kembali memastikan setiap air yang menetes dari payung berwarna biru ini. Mencoba untuk memahami sejauh mana langkah kaki ini berjalan serta seberapa cepat jantung ini berdetak.
—
Diiringi suara sexophone rasanya sangat romantis dan manis. Aku sudah menunggu waktu yang sangat lama untuk dapat menyaksikan pertunjukan indah ini. Suara alunan musik klasik dengan segelas wine.
Menikmati waktu yang mungkin saja tidak akan pernah terjadi jika tidak sekarang dilakukannya. Aku sudah memberikan pesan kebahagiaan sekaligus sinyal bahwa tidak perlu mencari karna aku melakukannya bukan untuk itu.
Setiap orang butuh waktu mereka sendiri, kan?
Aku tersenyum. Lagu favorit ku.
Just take it all
I’m nothing without your love
I promise I’ll never leave your love
My heart is beating ’cause of you
—
Berikutnya aku menuju sebuah ruang besar dengan deretan karya seni indah. Mereka bahkan tidak bisa berbicara tapi kenapa pesan bisa sampai hanya dengan memandangnya.
Pada lukisan yang terletak di koridor pertama, aku menatapnya cukup lama, menarik nafas dalam setelahnya berjalan meninggalkan pertanyaan menggantung. Baru saja beberapa langkah, aku terhenti dan memutuskan untuk kembali memandangnya.
—
Hari yang sangat menyenangkan dimana selama seharian penuh tidak ada benda menyebalkan yang membuat siapapun candu bahkan hanya sekedar untuk melirik. Mengelilingi tempat istimewa yang sudah sejak lama ingin sekali aku kunjungi. Aku bahkan sudah membuat daftar rencananya sejak tahun lalu.
Berikutnya aku melihat seseorang sangat tertarik dengan sebuah karya. Sama sepertiku, ia datang bukan untuk membuat dokumentasi. Pria itu mambawa brosur kemudian sesekali melirik ke arah lukisan dihadapannya.
“Dia dapet darimana itu?”
Karna telepati atau memang aku yang terlalu mencolok ketika memperhatikannya dibanding dengan 48 pengujung lainnya. Pria itu berbalik badan dan menatap ku. Reflek aku memutar badan kearah sebaliknya, malu ketahuan memperhatikan sedari tadi.
Pria itu tertawa mengejek. Karna tau aku berbalik badan kearah tembok dan tertangkap basah memperhatikannya.
Canggung. Aku segera melarikan diri kearah lain dengan cepat. Aku tidak mengenalnya ditambah mengenakan penutup mulut membuatku sedikit merasa aman hari itu.
—
—
Terakhir aku mencari tempat untuk mengisi perut yang sudah berisik sejak pukul 2 siang. Ketika berjalan menuju sebuah tempat makan dengan bantuan dari mesin pencarian, aku melihat toko bunga.
Cantik.
Aku melihat ada beberapa bunga lily berwarna putih disana. Kemudian seorang wanita tua dengan pakaian mahal namun aku tahu ia orang yang sederhana hanya dari melihat sikapnya, membeli satu buket bunga lily. Sepertinya sudah dipesan karna tidak ada kalimat apapun selain terima kasih dan senyuman indah ketika mengirup satu buket bunga lily berwarna putih itu.
Aku hendak melanjutkan perjalanan kemudian ibu penjual toko bunga itu memberi satu tangkai bunga mawar putih.
“Biar cepet sembuh”
“Makasih bu”
“Salam buat cucunya ya bu”
Aku tersenyum. Mawar putih.
—
Just take it all
I’m nothing without your love
I promise I’ll never leave your love
My heart is beating ’cause of you
Forever and ever and ever
Only you can take my heart
Dear my love love love
I wanna stay
Tore my heart
Now I’m in the dark
Will we meet in our dreams
Breaking my heart
Here we are apart
I wanna stay near you
With you by jimin & Ha Sung woon
0 comments