//

Sidenote : Musim Gugur, October


Your heart bloomed daisy flower, so you would always face the light.


A story of 7 years with all ups & downs.



Untuk bunga yang paling sederhana di muka bumi, daisy.


Untuk musim yang paling menyedihkan, october.



"fris"

"Hmm?"

"Salah gua dimana ya?"



Aku ingat hari dimana wajah itu bersinar dengan sangat cerah. Menjauhi kerumunan hanya demi sebuah janji muda yang tentu ditawarkan oleh seseorang yang ia percaya. Aku ingat bagaimana setiap cerita mengalir dengan penuh warna disana. Namun… aku juga ingat bagaimana hujan itu mengalir pada hari dimana mungkin untuk pertama kalinya kami terhubung hanya dari memandang sepasang jendela pada sebuah gedung bertingkat.


Hari itu.

Tidak banyak yang ia ceritakan namun aku ingat dimana setangkai bunga daisy menjadi layu. Bahkan hujannya cukup deras, mungkin sanggup menenggelamkan kami semua yang memandangnya dengan cemas.


“Udah… hey…”


Mereka semua memeluknya. Memberikan obat terbaik namun tidak untuk semua pertanyaan yang ia tanyakan.


Aku memandang jauh kedalam hatinya. Cerita yang selalu menjadi bagian favorit kini menjadi paragraf menyakitkan dan penuh kesesakan pada musim gugur.



Bunga matahari.

Seharusnya bunga itu yang memberikan warna yang indah bagi siapapun yang memandang. Bunga yang digemari karna keunikannya serta bunga yang dikagumi karna memiliki energi yang luar biasa. Namun tidak untuk gadis itu. Bunga matahari menjadi bunga yang cukup menguras rasa penasaran sekaligus jawaban atas semua pertanyaan.


Good morning, my sunflower.


Hari dimana bunga matahari itu tumbuh dengan sempurna adalah hari dimana bunga daisy kami justru menjadi kering tidak berdaya. 


Hari dimana bunga matahari itu tersenyum dengan bahagia adalah hari dimana bunga daisy kami justru membohongi semuanya.


"Gua ga pernah nuntut lebih fris. Gua…"


Aku ingat dimana ia menjadi sangat redup, membuat kami khawatir, membuat kami rindu.


Sebenarnya apa yang salah?



"fris?"

"Iya?"


Aku mendengar tarikan nafas berat kemudian di iringi dengan tawa hambar. Energi yang bisa dirasakan oleh siapapun walau hanya mendengar melalui saluran telepon. Tidak banyak yang terucap tetapi aku tahu rasanya. Kami tahu rasanya, jadi berhentilah meredam semuanya sendiri. Berhentilah menghindari kami hanya agar tidak terlihat redup. Berhentilah mengunjungi kegelapan seorang diri.


“Aneh ya fris, padahal… “


Tidak terasa sudah lebih dari dua jam aku mendengarkan cerita yang berhasil membuatnya belajar banyak hal. Iya aneh memang. Gadis baik yang kembali dipilih oleh semesta untuk menjadi tokoh utama dalam semua cerita menyedihkan. Yang selalu berhasil membuatku penasaran setelahnya.


“Jadi, udah merasa lebih baik?”

“Hahaha”


Lagi. Membohongi diri sendiri. Mengatakan semuanya sudah kembali namun setiap kali udara diluar menjadi dingin aku selalu dibuat khawatir. 



Untuk bunga daisy kami.

Ingatlah ini.

Untuk hati yang terluka

Tenanglah, kau tak sendiri

Untuk jiwa yang teriris

Tenang, ku kan temani


Hidup itu sandiwara

Yang nyata ternyata delusi

Terlarut posesi berujung kau gila sendiri


Jika kau tak dapatkan yang kau impikan

Bukan berarti kau telah usai



Untuk bunga daisy kami.

Berhentilah membohongi. Berhentilah tersenyum jika memang hati itu tidak layak untuk melakukannya. Berhentilah tertawa jika hambar dan dipaksakan.


Ya benar. Yang terbaik akan selalu mendapatkan hadiah terbaik. Proses. Tapi mengakui kesedihan juga merupakan proses untuk menjadi lebih baik, kan?


Untuk bunga daisy kami.

Kami akan selalu disini. Kami ada pada tempat dimanapun kau butuhkan.


Untuk bunga daisy kami.

Kami akan tetap disini. Bersama dengan semua cerita baru dengan melodi yang bahkan jauh lebih indah. Bersama dengan semua kiasan konyol yang mungkin sering membuat mu tertawa lepas. Bersama dan untuk selamanya.


Good morning, eva.

How's bout your day sunlight?


-Regard your favorite flowers.

SUNRISE 🌻



Untuk hati yang terluka by Isyana Sarasvati


 



0 comments