//

Chapter 11 : Cerita Bahagia (2)

 


We live in a rainbow of chaos.


- Paul Cezanne



3 hari. Tidak melakukan apapun. Tanpa mengatakan apapun. Satu pergerakan membuat helai demi helai jatuh berguguran.



08.25 AM


Delapan. Dua lima. Delapan. Dua… lima.


Hal bodoh pertama yang aku pikirkan ketika melihat detik demi detik berpindah. Selalu memikir hal - hal yang sepatutnya tidak untuk dipikirkan, selalu menjadi aktif untuk hal - hal yang juga penuh dengan omong kosong didalamnya. 


Hmm…


Waktu terus berjalan. Kali ini satu gerakan berdampak cukup menyebalkan. Kebanyakan orang mungkin akan menganggapnya omong kosong, begitupun aku. Pandanganku tertuju pada telapak kaki sambil memastikan bahwa mereka juga tidak berulah seperti dulu. Syukurlah.


Rasanya tidak semenakutkan kemarin, jika saja seorang ahli itu tidak memberikan surat peringkatan untuk berhenti sejenak mungkin aku bisa melakukan hal gila yang sangat tidak disukai oleh mereka. Entahlah, benar - benar memuakan ketika tidak melakukan apapun. Kemudian.


“Halo?”

“Oh sorry.. sorry.. kamu lagi cuti ya?”

“Hmm… gpp. Kenapa?”

“Ah itu… “



“fris, lu tau kemaren dia ngajak gua dinner. Seriusan ga bohong. Udah kaya di film - film gua fris. Gilaa”


senyum.


“bener kata lu, gua jangan terlalu childish. Gua harus lebih dewasa. Lu mau apa? Gua traktir nih, gua lagi seneng soalnya. Apa? Hanamasa? Steak? Apa? Perlu gua jemput apa ke kantor sekarang?”


Hari dimana aku tidak melakukan apapun. Hari dimana aku merasa sangat ketakutan. Aku masih menjadi cukup egois. Aku masih berusaha mengatakan bahwa segalanya dapat ku lalui seorang diri. Aku memilih untuk merahasiakan dari mereka. Sekalipun aku benar - benar dibuat takut, aku tetap memilih seorang diri. 


“Ah… itu… ga perlu. Iya gua juga seneng kalo lu seneng”


“Lu dimana sekarang? Nanti apa pas pulangnya. fris ini gua seneng loh, mbok lu semangat atau apa kek gitu?”


“Yeaa congrats ya. Yeaa”


Aku berusaha terdengar antusias pada kondisi yang sebenarnya pias. Aku melanggar sedikit aturan untuk tidak bersuara jika ingin segera kembali pada dunia yang sangat aku gilai.


Benar saja. Setelahnya aku segera menutup panggilan yang bahkan aku tahu masih ada cerita bahagia lain yang ingin di sampaikan namun tamu ini cukup menyebalkan.



Mawar merah.


Menarik nafas untuk memastikan semuanya stabil. 


Berapa lama biasanya benda itu bekerja?  1 atau 2 jam lagi?


Aku bahkan masih menyanggupi pertanyaan tentang pekerjaan sekalipun sambil memandang langit - langit dan sesekali memindahkan posisi karna tidak nyaman.


Selama beberapa hari aku hanya tertidur. Lucunya, bahkan aku lupa kapan terakhir kali terjaga, jika saja suara diluar tidak terlalu bising untuk mengingatkan kewajiban akan bertahan hidup mungkin akan lebih nyaman memejamkan mata karna ternyata disana tidak terlalu berisik. Karna disana semuanya terasa lebih ringan. Hal - hal yang tidak nyata memang selalu membuat candu termaksud dengan bunga tidur. Aku lebih banyak diam dengan isi kepala yang masih berisik. Aku lelah bertanya hinga tidak ada lagi jawaban yang masuk akal.


Jadi, dimana cerita bahagianya?


Setiap cerita punya melodinya sendiri - sendiri. Seperti memutar kotak musik, kata demi kata melahirkan simfoni dimana nada yang indah pada setiap paragrafnya terdengar menenangkan.


Cerita menakutkan itu tenggelam oleh beberapa hal menyenangkan lainnya. Semuanya berubah menjadi sangat menganggumkan. Masih dengan mawar berwarna merah yang tersembunyi diantara tumpukan mawar putih.


Cerita bahagia lahir karna memang harus melewati paragraf menakutkan. Langit malam menjadi saksi bagaimana kesepakatan - kesepakatan kecil aku bisikan padanya. Manisnya permen menemani kisah yang cukup rahasia. Benar, segala sesuatu yang manis memang selalu menenangkan. Selalu membawa hal - hal positif dan juga kenyamanan.


Now I believe. 


Senyum.


Bintang yang sangat banyak.


Senyum.


Bersama seorang teman, kami duduk pada tempat paling sunyi, tempat kesukaanku untuk terus memandangi angin menyapa dedaunan. Mengadakan pembicaraan dari hati ke hati. Meskipun hanya ditanggapi dengan tingkah manjanya, rasanya benar - benar menenangkan, 귀여워. Putih. Sepertinya memang ditugaskan untuk menemani. 


“Bye, makasih ya”


Ikan berwarna violet dengan bercak kehitaman itu masih disana. Kali ini ia tidak tertidur seperti minggu lalu kami bertemu. Ia berenang mengelilingi rumahnya. Aku tersenyum. 




Truth is…

Truth is, I been stuck in my feelings these days

I been up in my bedroom nowadays

Even with the sun shining so bright, I wait til stars come at night

So I could dream about you tonight


Truth is, I'm a little bit hesitant to hit you up

I get more scared as a damn grown up

This ain't a hookup we could just burn up

I feel you so close up

I'm so sorry if I close up


Truth is by Jinnie

0 comments