//

Chapter 10 : iya sinyalnya sampe sini kok.



보고싶어

I miss you.



Say


Dicariin tuh


Ciye



Iya. Sinyal sudah sampai hingga kesini kok, bahkan jauh sebelum pesan itu muncul pada layar notifikasi. Kemarin dan juga malam tadi. Seseorang yang berhasil mengambil banyak rasa penasaran ku akan dunia yang selama ini hanya hitam dan putih menjadi rajin berkunjung. Aneh memang, ketika aku bercerita kepada semesta bahwa aku sangat merindunya justru kami tidak banyak bertemu.


I miss you. Itu kata terakhir yang akhirnya berhasil aku ucapkan padanya. Tapi sayang dia hanya menganggap itu omong kosong. Butuh waktu yang lama bagiku untuk berani jujur terhadap hati ini, asal kamu tahu, dasar menyebalkan.



Setelah beberapa kejadian aku semakin memahami. Cinta tidak selamanya memiliki, itu dipaksakan untuk menjadi benar. Karna semakin aku mengingkari justru semakin banyak goresan di sana. Ketika aku kehilangan kendali segala menjadi gelap. Aku lebih sering melarikan diri. Menghindari waktu bertahan hidup. Melupakan titik kelemahan terbesar. Aku ingat bagaimana mawar itu berubah menjadi merah. Menyeramkan. Ia bahkan tidak disana ketika aku ketakutan. Memandangi langit - langit berwarna putih dengan beberapa benda asing terpasang manis di tangan kecil ini. 



“Jangan terlalu banyak yang dipikirkan. Banyak mengonsumsi… “


Aku mendengarkan dengan tatapan lelah. Aku sudah bosan dengan kalimat itu. Jadi langsung saja ke intinya. 


Aku menutup semua pintu dimana mungkin dia akan berkunjung, itu pikir ku dulu namun nyatanya (?) 


Aku harus sembuh. Hanya itu kalimat itu yang terulang - ulang seperti kaset rusak di kepala ini.



Beberapa kali ia mengirim sinyal melalui telepati, itupun jika memang benar dia pelakunya. Karna aneh saja, bagaimana bisa aku tertawa bahagia kemudian menjadi murung dengan fakta bahwa pikiran ini langsung tertuju padanya. Dulu aku selalu mengijinkan hal - hal seperti ini menguasai alam bawah sadarku, memeriksa ruang obrolannya dan memastikan dia pada kondisi baik - baik saja sekalipun aku hanya melihat tanda “online” disana. Tapi sekarang, aku menolaknya. Aku menolak perasaan itu. Aku menolak ruang hitam yang selalu membuatku kehilangan arah. Aku menolak terjebak sendirian di labirin dengan sekumpulan mawar merah. 미안.



“Lu butuh tokoh baru buat tulisan lu fris. Ayolah, mau sampe kapan fris?”



“Kalo gua jadi lu, gua happy happy. biar dia tau rasa. biar dia bisa liat kalo lu juga bisa happy tanpa dia”.



“fris?”



Ini bukan soal siapa yang bahagia terlebih dahulu. Aku hanya ingin jujur kepada hati ini. Ketika aku menutup semua pintu bukan berarti aku membenci atau bahkan marah padanya. Aku masih dengan perasaan yang sama namun kali ini aku mengalah. Jika memang itu pilihannya, apa hak ku memaksaan perasaan bodoh yang bahkan mampu membuatku terjebak selama berhari - hari tanpa melakukan apapun disana. Gadis lemah yang tidak akan pernah sanggup melakukan pertandingan. Gadis membosankan dengan hitam dan putih yang menjadi warna pilihan. Gadis payah yang akan selalu mengalah pada jalan cerita yang sebetulnya masih abu - abu.


Hari dimana aku menutup pintu itu, rasanya benar - benar lega. Menerima kekalahan namun dihadiahi dengan kebahagiaan. Di hari itu juga beberapa orang mengatakan bahwa aku tampak berbeda, bersinar dan sangat manis.


“Kamu cantik, apalagi di kuncir kaya gitu”


Senyum.



What kind of expression would the sound make in the place where it was swept away? 

휩쓸렸다 내려간 그곳에 소리는 어떤 표정 지을까 


The past is dim and the future is unknown 

과거는 희미하고 미래는 미지하잖아 


Shall we just go to the palace just for the two of us when the moon rises (Shall we leave)

그냥 달이 뜨면 둘만의 궁전으로 떠날까 (떠날까)



Savior by Lee Hi feat B.I

0 comments