//

Chapter 14 : Someone(s)



 Dear all people who around me. Thanks a ton for the love, kindness, and laugh. I’m back.

And you know what? Now the star is shinning.


Setelah aku meletakan setangkai mawar berwarna putih pada sebuah pintu yang sedang tertutup rasanya seperti… melakukan perdamaian dengan segala hal, mengampuni apapun yang sedang berperang didalamnya. Cukup lama aku berdiri sana, memandang pintu itu dengan setangkai mawar berduri di tangan kanan ku. Satu tetes semula, kemudian…  merah. Aku menarik nafas berat, memegang benda mati dengan perasaan yang juga turut mati didalamnya. Aku tersenyum memandang pintu itu. Aku kembali menarik nafas lantas setelahnya aku tertunduk sambil meletakan tanda perdamaian disana. Mawar Putih.


Melakukan petualang menenggangkan seorang diri. Mencari jawaban pada diri sendiri. Aku bahkan tidak ingat seberapa banyak melukai, entah mereka atau bahkan diri sendiri. Aku kembali mengelilingi tempat namun kali ini bergulat dengan isi kepala sendiri. Memandang jauh ke langit gelap dengan bulan bersinar terang sebagai rekan. Aku menghindari beberapa teori dan melewatkan paragraf penting yang sedang di sampaikan olehNya.


Take your time, kembali jika sudah merasa baik”.


Aku membacanya. Bahkan ada lebih dari 50 pesan disana, menyampaikan ke khawatiran sambil terus mengirim pesan tidak tersirat. Ya… semacam telepati. 


We always be there. Kapanpun dan dimanapun. Thats not your faults, its life. ok?”


Aku tersenyum. Bahkan pesan sebelum - sebelumnya saja belum dibalas. Hati yang luar biasa untuk aku yang terlalu biasa.


“fris, maaf… “


Menyebalkan aku benci pesan seperti ini. Terlihat lemah dan harus menghindari kerumunan.


“Gimana aman kan fris?”

“Iya, seruu”

“Seru? Ok ok”


Rasanya seperti mimpi, sejak dulu aku selalu penasaran dengan cerita para profesor yang menjelajahi setiap angka di dunia nyata. Mereka bilang profesi ini akan jauh lebih menarik jika melakukan langsung dilapangan. Benar. Saat ini aku ditemani dengan seorang pria dan wanita yang menggilai passionnya. Mengenakan pakaian berwarna putih seolah sedang berperang melawan nuklir. Bertukar cerita di tempat tidak biasa serta menggunakan perlengkapan seperti ingin melakukan wall climbing disana. 


“Kamu takut ketinggian?”

“Enggak”

“Ok kita naik, ini bakalan tinggi banget soalnya.”

“Ok”


Wow


Seharian aku sudah sangat antusias. Apalagi ketika briefing dimulai, pengalaman baru diusia yang sangat amat muda. Luar biasa.


“KF-TNXONE?”

“1, 2… full”

“Ok pak”

“KF-TNR… loh ini bukannya yang dijual di supermart? Kok ada rasa ini ya? Keren”

“Iya, ini… tunggu kamu pertama kali ya kesini?”


Aku tersenyum antusias. Mereka sangat hangat, menjagaku sambil sesekali melontarkan candaan ala pria tua kebanyakan. Kami berdiri pada sebuah mobil aneh yang mampu mengangkat hingga keatas. Wow. Rasanya sangat tinggi dan seru. Beberapa jam melakukan permainan dengan angka serta beberapa kertas.



Missed voice call at 17.25


Setelah di pikir - pikir rasanya seperti satu per satu mimpi jadi kenyataan. 


Hujan diluar sangat deras bahkan suaranya terdengar menyeramkan. Tapi aneh, aku justru menyukai musim ini. Musim dimana hujan lebih sering muncul dan menyapa penikmatnya. Musim dimana pada akhirnya sebuah kisah harus ditutup tanpa benar - benar tahu bagaimana ujungnya kelak. Beberapa minggu membuat mereka khawatir dan bertanggungjawab atas rasa bersalah diantaranya, membuat aku belajar banyak hal. Bunga mawar itu sudah aku letakan pada tempatnya. Beberapa plester bahkan masih menghiasi jari kecil yang sempat terluka lantaran kejadian tempo hari.


“Jangan paksa lubang itu di tutup. Jangan paksa diri lu buat lupain semuanya. Biar waktu… “

“Biar waktu yang menutupnya”


Aku mengulang kalimat yang hendak ia katakan. Duduk pada sudut ruangan dengan rekan yang bahkan sudah lama mengenal ku, sangat lama.


“Jangan melarikan diri. Jangan membandingkan diri. Jangan pake akal sendiri, ngerti?”


Aku tersenyum. Aku kembali membaca pesan itu. Bintang. Mereka bilang bintangnya sudah terbit dengan sangat terang tapi sayang pemiliknya justru menutup itu dengan kegelapan. Ketika aku kembali memutar semua hal, segalanya menjadi jelas. Mimpi dan kebahagiaan. Mimpi dan bintang. Sekarang aku mengerti mengapa banyak orang asing bahkan bisa menjadi pendukung tidak terduga dibelakangku. Mereka berdiri tepat disana ketika aku berbalik sekalipun dengan semua warna hitam sebagai latar, sangat hangat. Bintang itu tetap disana sekalipun aku menutupnya dengan kegelapan. Bintang itu tetap terlihat dan sekarang bahkan bersinar dengan indah karna pemiliknya telah kembali dengan senyuman yang tiada henti menghiasi hari demi hari. Dengan senyuman yang bahkan jauh lebih jujur dan percaya diri. Dengan senyuman yang kembali dipenuhi mimpi serta ambisi.



Terima kasih banyak sudah menunggu, gadis yang sangat menyebalkan ini.


Juga..


Welcome back, fris.



Then I thought it would be, I guess I'm just a human 

그럼   알았는데 겨우 사람인가  


It hurts so bad, the cold the world gave me 

몹시 아프네세상이란 놈이  감기 


A dusty rewind that I press thanks to 

덕분에 눌러보는 먼지 쌓인 되감기 


A dance of the wrong beat asking for it while falling down 

넘어진  청하는 엇박자의  


When winter comes, let's breathe out a hotter breath

겨울이 오면 내쉬자  뜨거운 


Life goes on by BTS

0 comments