//

Tik. (Seperti commulonimbus di musim panas) (edited)

Tik. Ternyata benar katamu kadang jatuh cinta ga melulu soal jantung berdebar dan menjadi gugup setiap kali berada didekatnya. Dan benar ternyata jatuh cinta ga melulu soal hal kekanak – kanakan kaya gitu, bahkan setelah kejadian ini aku baru sadar kalau ketika seseorang udah mengorbankan banyak hal buat kita namun karna kita sendiri mulai terbiasa dengan hal – hal yang dia berikan itu nyatanya akan sangat aneh jika berubah tiba – tiba. Tik, hari ini seseorang marah besar dengan tatapan yang sangat tajam, bahkan aku sendiri tidak menyangka bahwa sorot mata yang selama ini selalu menenangkan justru bisa berubah begitu sangat menakutkan bahkan hanya menatapnya beberapa detik. Entah itu sadar atau tidak sadar ketika seseorang itu melakukannya hanya saja ketika membuka pintu untuk memastikan dia tidak terluka sendirian diruang bersuhu sangat dingin itu, aku menutupnya kembali setelah menanyakannya “boleh masuk ga?” Tatapan yang bahkan selama dekat denganya semarah apapun dia, tidak pernah dia tunjukan kepada ku, namun saat itu cukup menyeramkan bahkan hanya melihatnya dari jarak yang jauh sekalipun.

Tik, hari itu aku duduk disebelahnya dengan harapan bahwa dia akan bercerita banyak terutama tentang sorot mata yang tajam tanpa alasan yang dia berikan itu. Tapi tik, dia hanya diam menatap layar dingin berwarna gelap dan sesekali menarik nafas tanpa aku tahu apa yang menjadi bebannya.

“apa karna aku memintanya menemani?”

Tik, aku sudah mencoba menanyainya namun dia justru menarik rambutnya dengan gusar dan sesekali melirik dengan tatapan yang masih sama menyeramkannya ketika aku awal masuk.

“kenapa sih”

“kenapa apanya?” 

“ya itu, serem banget” 

“apanya? Apalagi yang belum?” 

“udah, udah semua kok”. 

“bener?” 

“Hmm… sebenernya ada yang mau ditanyain?” 

“apa?” 

“ga jadi deh, serem banget soalnya” 

“biar cepet kelar” 

“oh iya iya. Tapi jangan serem serem” 

“…” 

“Hmm.. ini apa ya tadi udah searching di google tapi ga nemu?” 

… 

Tik, hari itu dia sangat dingin bahkan sekalipun aku sudah menggulung rambutku dan suhu ruangan mencapai 16 derajat tetap saja terasa menyeramkan dan panas. Tik, hari itu dia tidak seperti biasanya yang selalu menjaga dan memperlakukan ku dengan manis. Bahkan dia cukup berubah drastis, sampai – sampai aku dibuat bingung dengan tingkahnya. Dihari sebelumnya dia bahkan tidak pernah membiarkanku melakukan pekerjaan berat dan dia akan selalu khawatir setiap kali aku menjatuhkan sesuatu “ati –ati fris”. Bahkan hari itu aku cukup membuat keributan yang mengusik kesibukannya dengan lembar demi lembar kertas yang dipegangnya tapi anehnya dia hanya melirik tajam tanpa sepatah katapun, lalu detik berikutnya dia memilih ruang yang terpisah. Tik, hari itu kami melakukannya secara terpisah, entah apa alasannya padahal puluhan kali di hari – hari sebelumnya aku mengatakan “kalo sibuk, gpp cancel atau ganti hari aja” tapi dia selalu mengambil keputusan sepihak yang mau tak mau aku harus menurutinya.

Tik, hari itu juga dia hanya mengeluarkan beberapa kata namun cukup menyesakan ketika mendengarnya. Bahkan candaan yang tidak seperti biasanya, candaan yang aku dibuat takut hanya dengan melihat sorot matanya. Beberapa kali aku menelan dahaga, cukup menyesakan. Aku melihat dia memeriksa sesuatu seolah – olah ada yang tidak beres dengan tempat kami biasa bertemu, namun entahlah sepertinya itu hanya perasaan ku saja atau memang di hari itu dia hanya ingin melampiaskan kemarahannya dan berusaha menjauhi ku. 

Tik, beberapa jam bersama dengannya seperti berperang melawan waktu. Di hari itu juga dia bahkan membuat ku melakukan hal – hal yang dia perintahkan. Dia tersenyum menyeramkan dibalik maskernya ketika melihat ku duduk dilantai sedangkan dia dikursi tepat didepan ku. Dia tidak menjagaku seperti biasanya, dia menyuruhku menangkat benda berat yang sedang dipegangnya “ini fris taro dong taro situ”, tidak seperti biasanya.

“fris, dingin nih. Kecilin ac-nya dong”

“oh okay”

“…”

Lalu setelah aku sudah duduk. Aku diminta kembali berdiri.

“duh, panas fris, jangan dimatiin dua – duanya. Satunya lagi nyalain”

“oh okay”

“fris itu benerin dong, yang rapih, pepetin”

“oh okay”

“fris, itu kabelnya bawa ya. Cobot aja colokannya. Gua keluar dulu”

“okay”


Tik, hari itu juga dia meminta ku melakukannya seorang diri. Aku pikir dia akan membantu seperti biasanya namun entahlah apa yang membuatnya cukup menyeramkan di hari itu. Bodohnya aku sempat merajuk tik dengan kelakukannya, hari itu dia berusaha membantu namun aku dengan keras kepalanya mengatakan bahwa aku bisa melakukannya sendiri dan dia menarik nafas, tersenyum menyeramkan, menyerahkan benda berat itu tanpa tau apakah aku memegangnya dengan benar atau tidak lalu meninggalkan aku seorang diri diruangan itu dengan langkah gusarnya.

Tik, sesekali aku mencoba meliriknya dan memberikan senyum penuh tanya namun di hari itu dia bahkan mengacuhkan. Dia asik dengan main – mainnya dan sesekali melontarkan candaan yang cukup menyesakan.

“ini lu tinggal nyalin semua catetan gua kan?”

“Hmm… iya, tapi… “

“terus kerja lu apa dong?”

Aku bahkan dia buat kaget dengan kalimat pertanyaan itu. Diam beberapa detik sambil memandanginya dan masih dengan pikiran “tidak seperti biasanya”. Tik, rasanya hari itu aku ingin menangis bahkan ketika dia sedikit meredam tatapan tajamnya ketika menghadapku. Tapi karna aku tidak terbiasa menunjukan kelemahan ku didepan orang lain, aku berusaha keras menahannya. Entah lah mungkin saat itu dia cukup muak dengan sikap ku yang berusaha menahan sisi itu untuk keluar. Hampir saja aku meneteskannya, dan suara ku hampir hilang namun aku tetap berusaha keras untuk memaafkan sikapnya hari itu, aku berusaha memaklumi sikapnya yang lagi – lagi tidak seperti biasanya. Hari itu aku berkali – kali menatap langit – langit “gpp fris, mungkin dia lagi ada masalah” tapi setelahnya lagi hati kecil ku berkata “apa aku yang menjadi masalahnya?”

Tik, hari itu juga dia membiarkan ku membawa benda kesayangannya. Hari dimana semua berakhir, beberapa kali aku menemukannya berusaha menjauhiku. Bahkan tik, aku sudah mengucapkan terima kasih dan melontarkan candaan dengan harapan sedikit meredakan namun dia tetap saja mengacuhkan.

Tik, malam harinya aku memastikan apakah ada sesuatu hal yang aku lakukan dimana membuat sorot mata itu berubah menjadi tajam. Aku memikirkan, aku dibuat pusing tidak karuan, rasanya seperti memecahakan sebuah kasus audit besar namun kali ini dengan fakta – fakta yang bahkan tidak dapat diketahui kebenarannya. Aku tidak bisa tidur selama semalaman, dan ketika bangun pun justru rasanya sangat menyesakan.

“dia kenapa sih?”


Tik, kalau memang dia butuh waktu dan ruang untuk sendiri, aku memang selalu memberikannya kebebasan. Berapapun waktu yang ia butuhkan aku akan tetap menunggu namun ada beberapa hal ga penting buatnya yang perlu dia ketahui bahwa, kejadian ini mengingatkan aku terhadap seseorang, dimana orang itu benar – benar marah dengan ku namun bedanya saat itu aku tidak terlalu menggubrisnya. Hari dimana seseorang itu marahpun, aku menghapus kontak dimana kami saling terhubung tanpa memikirkannya berulang – ulang, aku menjaga jarak dengannya dan tidak mengikutinya dibeberapa jejaring media sosial. Itu karena aku memang tidak memiliki perasaan apa – apa dengannya. Tapi ketika dia marah justru aku dibuatnya tidak bisa tidur dan perasaan cemas tidak karuan.

Tik, setelah kejadian ini sepertinya aku belajar banyak. Ternyata dia jauh lebih memahamiku dibandingkan dengan diriku sendiri, fakta mengejutkan bahkan dia tahu aku menaruh beberapa permen kecil di kendaraan yang biasa aku gunakan. Jika saja dia menganggapku orang lain menurutku dia tidak akan sekritis itu terhadap hal – hal yang melekat dengan ku. Dan seandainya aku bisa bicara langsung dengannya aku ingin mengatakan hal yang sama, jika saja aku menganggapnya orang lain, aku tidak akan memberikannya perhatian dan puding coklat manis yang ku buat sendiri, memang aku buat sedari awal untuknya namun karna rasa gengsi dan malu, aku justru memberikan puding itu terlebih dahulu ke orang – orang yang menurutku dekat.

Tik, sejujurnya aku selalu khawatir setiap kali tidak melihatnya lewat didepan jendela besar itu. Aku takut dia menghilang tiba – tiba. Aku khawatir jikalau seseorang yang selama ini selalu membuat ku bertahan dan percaya sama kekuatan sendiri justru menghilang tanpa sebab. Aku takut ketika sedang menangis secara sembunyi – sembunyi tidak ada lagi seseorang yang duduk didepan ku atau bahkan datang secara tiba – tiba didepan ku, yangmana hal itu membuatku untuk tetap kuat dan tidak boleh lemah dihadapan mereka. Dan tik, jika saja dia tahu seumur hidup aku belum pernah diperlakukan semanis itu oleh siapapun bahkan oleh keluargaku sekalipun. Tik, kamu tahu kan bahwa keadaan memaksa ku untuk menjadi mandiri di usia dini bahkan tanpa persiapan sekalipun, bahkan disaat anak – anak lain sedang bermain lompat tali, aku justru berbicara dengan seorang ahli disebuah ruang dingin yang menakutkan, memang saat itu ditemani ole ayahku namun tidak cukup menenangkan dengan sikap acuhnya. Dulu aku tidak sekanak – kanakan ini, aku bahkan tidak berani menunjukan sisi kelemahan ku diantara kerumunan orang banyak namun sepertinya image “paling muda” membuat ku mulai berani menjadi kekanak – kanakan dengan suara yang bahkan aku dibuat muak hanya dengan mendengarnya sendiri.

Tik, sesekali aku memainkan beberapa peran dengan harapan ingin melihatnya cemburu namun hari itu dia sepertinya melakukan hal serupa, dia menahan sebuah cerita berjalan dengan wajah seorang gadis manis yang berada di handphone yang tengah ia genggam saat itu, seolah - olah ingin menunjukannya pada ku, dia bahkan mengacuhkan pesan ku sama seperti ketika aku mengacuhkan pesannya dulu. Kejadian ini mengajarkan aku banyak hal, bahwa seharusnya aku ga boleh mempermainan perasaan dan perhatian manisnya. Bukan, bukan mempermainkan, hanya saja aku takut dengan ekspetasiku sendiri. Aku takut bahwa cinta akan menimbulkan banyak trauma yang cukup mendalam. Itu kenapa aku lebih suka menyendiri karena dengan begitu aku tidak perlu bergantung dengan siapapun, dengan begitu aku tidak perlu dikecewakan oleh siapapun. Aku takut bahwa sebuah komitmen hanya manis diawal lalu memudar beberapa lama kemudian. Aku takut menjadi terlalu bergantung dengan perasaan itu, dan kelak ketika hilang secara tiba – tiba aku benar – benar tidak siap.

Tik, tolong sampaikan padanya bahwa aku sangat berterima kasih untuk semuanya, semuanya sejak awal kami bertemu. Terima kasih untuk sebuah kisah yang tidak akan pernah aku temukan pada siapapun. Dan terima kasih sudah mengajari ku untuk lebih overprotective terhadap hati ini, untuk tidak mudah percaya dengan cinta dan siapapun itu. Untuk tidak bergantung pada perasaan yang manis diawal dan mungkin akan memudar seiring berjalannya waktu. Untuk tidak mendiami luka terlalu lama dan untuk tidak memerankan drama yang mungkin akan berbalik menjadi trauma. Maaf, maaf jika memang aku telah menjadi beban dan masalah baginya. Maaf jika aku hanya bisa mengungkapkan apa yang aku rasakan melalui kata bukan suara sepeti kebanyakan orang lainnya. Maaf telah membuat mu menjadikan mu aktor dalam kisah ku yang mungkin terkesan membosankan bagi sebagian orang.

Terakhir aku akan menunggu mu sampai situasinya benar - benar baik, aku tidak akan meninggalkan luka bagi mu jika memang kamu menganggapnya demikian. Aku tidak mau meninggalkanmu berperang sendiri melawan pikiran berat yang entah apa yang kamu pikirkan itu. Aku akan menunggu sampai saatnya kamu memberikan tanda bahwa semuanya sudah membaik. Tidak perlu khawatir, aku bisa menjaga diriku sendiri disaat kamu sedang menyepi dan berpikir untuk sedikit menghirup udara segar. Dan jika memang semesta selalu punya caranya untuk menyatukan dan mempertemukan kita, sejauh apapun aku pergi dan semenyeramkan apapun yang kamu rasakan, jika bersatu tetaplah satu, tidak aku ataupun kamu tetapi kita. Aku akan menunggu mu, ditempat dimana kita biasa bertemu.


Terima kasih tik.

I was wrong baby come back to me
Wae ije wa neo bogo sipeunji but It’s too late
Gyeote isseul ttaen mollassneunde
Neo yeoksi seuchyeo ganeun saramin jul arassneunde

Perfect by iKon

 

07 Nov 2020

-FN

0 comments