//

Symphony Kekecewaan (Cummolonimbus yang tak lagi sama)



Hujan. Tidak seperti hujan biasanya kali ini disertai dengan suara gemuruh sebagai latar yang mengiringi setiap titik kecil yang jatuh dari atas sana. Tidak seperti biasanya juga hari ini hujan cukup menyeramkan bahkan sangat menakutkan dibandingkan dengan hujan yang biasanya selalu menenangkan ditengah cuaca yang cukup menegangkan. Dan lagi tidak seperti biasanya, hujan kali ini udara sangat dingin, sangat. Bahkan aku bisa merasakan dingin sekalipun menggunakan jaket tebal.


Hari ini aku berdiri sebuah bangunan berlantai tiga, aku melihat sebuah patung ditengah taman yang bahkan tidak seperti biasanya, cukup sepi. Tidak ada burung bermain maupun orang lalu lalang. Matahari juga tidak sehangat dan semenyenangkan biasanya. Entah apa yang terjadi dengan hari ini, yang aku tahu beberapa diantaranya seperti semesta yang sedang memberi tanda namun dengan cara yang cukup menyulitkan untuk dimengerti. Bahkan ketika aku membawa begitu banyak benda ditanganku pun tidak seperti biasanya beberapa diantara mereka terjatuh dan melukai namun karena tidak paham maka aku menyembunyikan luka itu lalu membasuhnya dengan air mengalir dan sesekali menahan rasa perih yang memang sudah mengalir cukup banyak dan membuat ku sedikit gugup ketika menyembunyikannya dari seseorang.


Angin bahkan berhembus dengan sangat liar dan menyesakan, ketika aku memastikan setiap titiknya justru mereka seperti memberi isyarat untuk tidak mendekat. Membasahi dan berhembus dengan tidak karuan. Aku tidak menunggu seperti biasanya ketika mereka datang. Saat itu aku merasa takut bahkan dengan cuaca yang selama ini selalu menjadi rekan sepermainanku. Dingin namun cukup menenangkan dan menyejukan walau sesaat. Hari ini aku dibuat bingung dengan tingkahnya entahlah rasanya ada banyak hal yang berubah dan membuatku sedikit kecewa. Ketika aku sedang berusaha mencari jawabannya melalui setiap kata yang terucap justru dia lagi - lagi membuatku menemukan kekecewaan dari setiap jawaban demi jawaban yang diutarakan. Disebuah ruang yang tidak lagi dingin, kami tidak lagi sedeket biasanya. Entahlah mungkin karena terlalu sering bertemu, saat ini alasan itulah yang cukup masuk akal. Dia bahkan membiarkanku membantu tanpa dibantu. Dia bercerita bahkan tanpa ada maksud untuk bercerita. Dia bahkan berjalan tanpa ada maksud untuk kembali beriringan. Entah sudah berapa banyak jawaban yang sudah ku temukan yang jelas hari demi hari mulai berbeda. Tidak lagi ada kisah yang sangat menyenangkan untuk diceritakan. Tidak ada lagi tingkah lucu yang selalu menjadi alasan untuk membantu. Dan tidak ada lagi langkah kaki yang berjalan seirama. 


Sorot mata. Bahkan aku tidak lagi menemukan sorot mata yang selalu mendalam dan penuh makna. Seperti seorang anak kecil, aku mencari jawaban atas semua pertanyaan yang memenuhi kepalaku di hari itu. 


“Apakah sebuah kisah manis bisa memudar seiring berjalannya waktu? Atau apakah sebuah kisah bisa berubah karena tidak lagi semenarik dulu karena sebuah rasa penasaran sudah terpenuhi?” 


Banyak hal sebetulnya yang sedang aku pertanyakan namun karna takut di tertawakan aku justru menyampaikan dengan cara yang lebih layak disebut sebagai pertanyaan anak kecil yang kecewa akan suatu hal. Hari itu, aku menengadah ke atas awan dan merasakan setiap titik kecil yang menyentuh pipi ku. Seolah kami sedang berkomunikasi. Hari itu aku tidak begitu suka dengan bagaimana cara hujan menyapa ku, terlalu menakutkan, bahkan terdengar seperti sebuah kekecewaan. Biasanya mereka tidak semenakutkan ini namun di hari itu juga aku tidak lagi bersahabat dengan hujan. Mereka terlalu berisik dan membuatku muak hanya dengan melihatnya membasahi ku. Waktu berjalan begitu cepat ketika cahaya putih nan besar tiba - tiba saja menyapaku. Hari itu hujan membuat ku melihat pantulan diri ini dalam sebuah cermin dengan raut ketakutan. Ya, ketakutan ku akan sebuah kisah manis memang benar adanya. Mereka akan memudar seiring berjalannya waktu. Terlalu memikirkan hal - hal yang justru membuat segalanya semakin rumit. Entah kecewa dengan diri ini karena tidak lagi semenarik awal bertemu atau kecewa karna terlalu sering bertemu menyebabkan rasa jenuh. Hal bodoh lainnya adalah cara ku di hari itu mengusir pikiran - pikiran tak berguna yang cukup menggangu. Ketika jam menunjukan waktu untuk makan siang, aku makan namun lebih seperti memenuhi syarat untuk tetap bertahan hidup, lantas 10 menit setelahnya aku kembali menyiksa raga ini untuk bekerja di waktu ketika orang lain sibuk bercerita, dengan harapan tidak ingin terlalu memikirkan.


Lantas siangnya dia mengirimi pesan setelah beberapa pesan dari ku justru di acuhkan karna bukan prioritas. Dia juga mengirimi ku email dan membantu namun karna aku tidak ingin kembali menyiksa diriku dengan bersikap terlalu ekspresif padanya, aku hanya membalas dengan pesan kosong disertai lampiran yang dia minta. Sejujurnya ada begitu banyak kalimat yang ingin ku sampaikan sebagai ucapan terima kasih namun karena terlalu sering di acuhkan mungkin hati ini sudah sampai pada titik kekecewaan mendalam. Sebuah fakta mengejutkan adalah aku kembali menemukan jarak itu tercipta pada tempat dimana biasa “kami” bertemu. Pertama kali jarak itu tercipta dulu aku begitu khawatir tetapi setelahnya, seperti sudah menjadi kebiasaannya yang memang ingin menciptakan jarak karena sudah tidak lagi penasaran. Lalu sebuah kejutan menarik lainnya, ketika aku sudah menyelesaikan “misi” yang membuat kami bertemu dan menjadi jenuh, justru seseorang yang lebih tinggi jabatannya kembali menguji kesabaranku dengan tingkahnya. Kami diminta kembali bertemu dihari yang selalu ku hindari saat ini. Seperti suara gemuruh diluar jendela sana, aku hanya menarik nafas dan sesekali melirik serta memikirkan apa yang mungkin dia pikirkan dari sebrang telepon. 


Akan semakin jenuh bukan?


Sejujurnya orang itu sudah memerintahkan ku sejak siang tadi, aku bahkan diminta menghubunginya tetapi karna takut dikecewakan dan diacuhkan aku memperagakan sebuah kesibukan yang setidaknya bisa sedikit membuat sebuah kesunyian diantara suara gemuruh hujan dan hembusan angin liar.


Sore itu aku sibuk dengan pembicaraan yang bahkan aku dibuat bingung dengan rangkaian kata yang tercipta. Aku lebih banyak diam dan sesekali memasang wajah antusias pada kondisi yang sebetualnya pias. Menunggu hingga gemuruh hujan itu reda sambil sesekali mendengarkan cerita yang patut untuk diberi tanggapan. Dulu aku selalu antusias setiap kali ingin bertemu namun nyatanya hari itu aku seperti menghindari sebuah pertemuan. Aku bahkan memasang mode terbang sekalipun tahu bahwa aku diminta memeriksa sambungan telepon yang tidak bersuara lantaran hujan yang cukup lebat. Beberapa kali aku menghindari permohonan untuk mengadakan pertemuan dengannya. Berbincang dengan beberapa orang, kebiasaan yang dari dulu selalu ku hindari. Memperhatikan hujan dengan tatapan muak. Dan sesekali memainkan tikus kecil yang selalu ku pakai bekerja tidak karuan. Entahlah rasanya benar - benar seperti sebuah kekecewaan mendalam. Alasan beberapa orang mungkin tidak ingin terlalu ekspresif adalah kekecewaan akan ekspetasi itu sendiri. Kekecewaan bahwa siapapun mungkin akan mencapai titik jenuh sekalipun aku berusaha sebaik mungkin untuk tidak membuatnya jenuh. Kekecewaan akan sebuah kisah manis yang memang tidak akan selamanya menjadi manis. Kekecewaan akan dirinya yang tidak lagi senatusias dulu. Kekecewaan bahwa tidak ada lagi sebuah benda besar yang menghalangi pintu tempat dimana ruangan yang sangat dingin terhubung dengan ruangan yang bahkan membuat ku berkeringat banyak sekalipun sudah menggulung rambut ini. Kekecewaan tentang tempat yang tidak lagi semenyenangkan dulu.


Mungkin memang seperti inilah sebuah kisah. Ketika aku terlalu berharap akan satu rasa maka tidak akan pernah siap dengan rasa yang lainnya termaksud sebuah kekecewaan ditengah kerinduan mendalam.


...


🎵찢어진 종잇조각에 

jjij-eojin jong-isjogag-e


담아낸 나의 진심에 

dam-anaen naui jinsim-e


선명해져 somethin' bout you 

seonmyeonghaejyeo somethin' bout you


나를 많이 닮은  다른 

naleul manh-i dalm-eun deus daleun


 혹시 나와 같을까 지금 

neon hogsi nawa gat-eulkka jigeum


괜한 기대를 

gwaenhan gidaeleul hae


하루    년쯤 되면 

halu han dal il nyeonjjeum doemyeon


서로 다른 일상을 살아가

seolo daleun ilsang-eul sal-aga 🎵


Fine by Taeyeon

23 Nove 2020

-FN


0 comments