//

Semakin Kesini Jadi Semakin Tertutup


Hari ini masih dalam kondisi dimana menjaga jarak menjadi sebuah alasan yang tepat demi kebaikan bersama. Kondisi dimana kebanyakan diantara mereka mungkin mulai terbiasanya dengan kata "seorang diri". Rangkaian kata dimana akan ada pelangi setelah hujan masih menjadi harapan manis kebanyakan orang ditengah situasi seperti sekarang ini. Situasi yang cukup menguras waktu dan mental manusia demi melindungi umat manusia lainnya. Situasi dimana akan ada banyak pahlawan baru yang bermunculan namun diiringi dengan penjahat baru juga menjadi rekan mereka. Situasi dimana menjadi baik cukup berharga diantara kata bermakna baik lainnya.

Seiring berjalannya waktu segalanya semakin menjadi jelas, tentang bagaimana menjadi baik - baik saja adalah kata favorite yang saat ini sering sekali aku gaungkan di isi kelapa ini. Waktu mejelaskan bagaimana seiring bertambahnya usia semakin sedikit pula cerita yang terungkap. Tentang bagimana orang lain mampu mengekspresikan apa yang ada didalam hati mereka, yang mampu membuat diriku iri. Iri melihat bagaimana bisa mereka mengekspresikan segala sesuatu secara mendetail. Iri tentang bagiamana bisa kebanyakan diantara mereka bahkan memilih kata hanya dalam sepersekian detik untuk mengungkapkan apa yang mereka rasakan. Iri tentang bagaimana bisa setiap cerita begitu mudah terungkap tanpa perlu merasa beban diakhir jalannya. Iri tentang bagimana setelahnya mereka kembali merasa baik, kembali pada kondisi 0 dan segala menjadi lebih ringan. Aku bukan tidak ingin mengungkapkan tentang bagimana cerita yang aku rasakan saat ini, aku juga bukan malas merangkainya menjadi sebuah cerita menarik yang mungkin akan ada sebagian dari antara mereka yang tertarik dengan hal itu. Aku hanya takut. Takut dengan kosa kata yang aku pilih justru membuat segala menjadi buruk. Aku takut dengan sebuah cerita yang justru membuat ku kehilangan banyak hal di akhir jalannya. Aku takut.. takut tentang bagaimana setiap kata yang aku ekspresikan justru membuat sebuah pembatas besar yang kemungkinan mereka dirikan dengan alasan demi kebaikan bersama. Maka dari itu sebagian dari cerita tersebut lebih banyak ku simpan. Aku simpan dengan baik tanpa perlu kebanyakan orang tau. Aku tidak begitu menyukai pemilihan kata “demi kebaikan bersama” karena sebagian dari pernyataan itu tidak benar – benar untuk kebaikan bersama. Bersama? Bersama seharusnya dirasakan atau disepakati oleh kedua belah pihak atau beberapa orang yang sepakat dengan pernyataan tersebut, namun nyatanya salah satu pihak sajalah yang merasa baik sisanya terpaksa baik – baik saja dengan alasan “setidaknya dia sudah merasa baik, tak apa, kelak aku juga akan baik”. Maka dari itu aku lebih suka memilih segala sesuatu yang memang aku lah yang mengingkannya tanpa perlu membebani orang lain untuk merasakan apa yang sedang aku rasakan saat itu.

Aku ingat pernah membaca sebuah tulisan berbunyi “Bukan salahmu. Tidak ada yang bisa disalahkan apalagi dirimu sendiri. Dengar. Beberapa orang dititipkan Tuhan masuk kedalam dunia kita bukan untuk singgah, bukan untuk menetap tetapi untuk menitipkan pelajaran kemudian menghilang”. Dari tulisan itu aku belajar untuk memahami cara kerja semesta, sebaik apapun rangkaian yang aku pilih untuk mengungkapan setiap kondisi saat ini atau sebaik apapun aku menyimpan cerita yang tidak ingin diketahui oleh banyak teman, tetap saja akan ada masa dimana kehilangan dan menghilang tetap menjadi hukum nyata dalam sebuah kehidupan. Tetapi lucunya, sekalipun aku tau itu akan terjadi masih saja tidak pernah siap dan bahkan gemetar hebat setiap kali hal – hal demikian terjadi. Analitis. Sekalipun tidak banyak kata yang terungkap dari dalam hati, ada begitu banyak hal – hal menarik yang belakangan ini menghiasi kepalaku. Tentang memperhatikan dari jarak dekat maupun jarak jauh, tentang bagaimana terlibat basa – basi tanpa melukai, tentang… tentang bagaimana menjadi sedikit perasa tanpa harus terlihat jelas. Tentang menggambar adalah salah satu cara ku untuk menyatakan kerinduan. Tentang bagaimana kedua bola mata ini menatap jauh keluar sebuah jendela besar dan memperhatikan pohon besar yang tertiup angin. Tentang bagaimana melakukan sebuah permainan kecil dengan langkah kaki dibalik seseorang yang berada tepat didepan ku. Dan terakhir tentang bagaimana aku tersenyum setelahnya tanpa ada seorang pun yang melihat.

Harapan ku sama dengan kebanyakan diantara mereka. Aku ingin bercerita banyak, banyak sekali tanpa rasa takut bahwa kelak aku mengecewakan apalagi kehilangan. Aku ingin menyusun cerita menarik dengan semangat ekspresif tanpa terdengar berlebihan apalagi membosankan. Aku ingin memilih kosa kata yang tepat sehingga ceritaku kelak tidak menimbulkan persepsi yang berbeda dari lawan bicara ku. Jujur, sangat menyenangkan jika bisa menjadi seorang pendongeng dimana ceritanya selalu disukai dan dinantikan sekalipun itu sudah diceritakan berulang – ulang. Aku ingin bercerita tanpa harus membebani seseorang. Tidak perlu dipahami, tidak apa – apa jika tidak paham setidaknya balasan yang membuat pendongeng tersenyum adalah kalimat pujian panjang sekalipun itu sebuah kebohongan bukan justru kalimat candaan sederhana yang terkesan seperti seseorang yang merasa terbebani untuk mendengarkan.

Harapan berikutnya ialah menemukan seseorang yang tidak akan pernah bosan untuk mendengarkan. Tidak apa – apa meski hanya satu atau dua setidaknya diantara mereka aku bisa menjadi sedikit ekspresif dengan hati ini. Setelahnya aku yakin, bahwa tidak akan ada cerita lain yang bisa ku rangkai bahkan diantara sekumpulan mereka yang menuntutku untuk berkata – kata secara lebih banyak sekalipun. Tidak akan ada rangkaian cerita yang terungkap sekalipun aku ingin sekali mengungkapkannya. Beberapa orang berpikir bahwa aku akan jauh lebih ekspresif dengan mereka yang dekat, faktanya tidak juga. Bahkan dalam kondisi terburuk sekalipun hanya sedikit cerita yang terungkap sisanya aku lebih suka mendengarkan dan merasa baik setelah mereka berhasil menceritakan sebuah pengalaman lucu yang mampu membuat ku melupakan keburukan tersebut di hari itu. Aku harap akan ada seseorang yang tepat, seseorang yang mampu membuat ku bercerita layaknya pendongeng yang begitu antusias dengan pendengarnya. Aku harap seseorang tersebut benar – benar ada, diwaktu bahkan situasi yang tepat.Dan aku harap kehilangan dan menghilang tidak pernah ada diakhir jalan cerita ini.

 

18 Aug 2020

-FN

0 comments