//

LELAH SESEKALI TAK APA


Teruntuk diriku.
Tak apa berhenti senejak.
Tak apa berada dibelakang sebentar.
Dan tak apa tertinggal walau sedetik.

Ingatlah.
Sebuah kesuksesan diraih bukan berdasarkan seberapa cepat atau seberapa tangguh kamu memulai.
Tapi seberapa jauh kamu memahami. Entahlah, rasanya egois saja menjadikan "kesuksesan" sebagai alasan untuk menyiksa dirimu sendiri dengan alibi "biar di lihat mereka".

Bukan itu.
Bukan kiasan - kiasan konyol yang sering kali menghantui pikiranmu di malam hari.
Bukan kalimat - kalimat palsu yang terucap dari mereka yang bahkan aku yakin seribu persen, mereka tidak mengenal mu dengan baik.
Bukan seberapa banyak logam - logam kuning yang menghiasi lemari yang terpajang dingin di ujung sebuah ruangan besar, yang sering kamu jadikan sebagai bahan untuk unjuk kebolehan.

Tapi ketahuilah.
Bahwa memahami dirimu sendiri adalah lebih dari cukup.
Memahami seberapa besar usaha yang bahkan terkadang kamu tidak menyadarinya, kalau - kalau raga ini sudah bergetar hebat tak kala dirimu memaksanya karna sebuah ego.
Mengerti lah, terkadang merasa lelah itu wajar.
Tidak kalah, tidak pula menang.
Hanya saja, tidak salah bukan memberi waktu untuk sekedar duduk dan memuji diri ini, yang bahkan sudah bekerja begitu luar biasa hebat tanpa ada "mereka" yang betul - betul melihat. Memang terkadang ingin sekali cepat berada di puncak, itu manusiawi kok. Namun ingatlah terakhir kali ego itu memaksa berakhir menjadi derita. Lantas apa mereka ada disana? Ya mereka. Mereka yang kamu jadikan alasan untuk memaksa raga ini berjuang melebihi batasannya.

Akan ada waktu.
Waktu dimana kamu tahu, jika dirimu sudah berjuang dengan terlalu keras.
Waktu yang dengan sangat kejam merenggut setiap detik yang biasa kamu gunakan untuk alasan "bekerja".
Waktu yang mungkin bagimu sendiri terkesan berhenti, tapi nyatanya itu bukan berhenti melainkan Sang pencipta mu telah cukup lelah dibuat oleh keegoisan manusia satu ini. Dia memang tidak marah. Dia meminta mu untuk beristirahat dan memberi sedikit waktu bagi mu untuk mengerti.

"Sampai kapan?"

Harusnya kalimat itu yang ada dibenak mu selama berada di tempat yang kamu ditiduri itu. Bukannya memikirkan keegoisan lain yang akan kamu lakukan setelah semuanya membaik. Ingat apa kata salah seorang yang namanya selalu terpajang apik di sebuah majalah bergengsi di dunia?

"Setiap orang punya waktunya masing - masing".

Jadi apa salahnya bersabar dan berbenah?

Kalah?

Kamu bahkan tak tau arti kekalahan sesungguhnya, lantas mengapa kamu sering kali menyebutkan kata menyakitkan itu hanya sekedar untuk mendorong raga mu bergerak cepat yang bahkan kecepetan itu selalu bertambah di setiap menitnya. Sampai - sampai kamu tidak melihat dengan benar dan akhirnya terjatuh. Lucunya ketika kamu terjatuh, justru lagi - lagi kamu menyalahkan raga dan pikiran mu sendiri yang nyata sudah bergerak tak terkendali itu. Tenanglah, kata kekalahan itu hanya akan lebih menyakitkan jika sering kamu jadikan landasan. Cobalah untuk membayangkan hal - hal menarik.

"Apa salahnya sih bermimpi? Mimpi gratis kan? Mimpi itu tidak terikat layaknya warga negara yang harus melapor tiap kali berpergian kan?
Lalu kenapa rasanya mimpi itu seperti sebuah kenyataan pahit yang nyatanya bahkan belum menjadi sebuah kenyataan. Takut? Bahkan mimpi tidak semenyeramkan hantu jika memang itu kamu takutkan".

Muda dan Tua. Semua orang berhak bermimpi jadi tidak perlu takut. Cukup yakinkan dirimu bahwa mimpi itu sebuah rencana hebat. Memang pada akhirnya tidak semua mimpi itu menjadi sama, hanya saja akan sangat menyenangkan mempunyai fokus perhatian lain selain mendengarkan mereka yang lagi - lagi membuat mu bukan menjadi dirimu sesungguhnya.

Teruntuk diriku.
Tak apa merasa lelah sesekali.
Tapi berjanjilah setelah istirahat nanti kita harus sama - sama meraih jutaan mimpi itu. Karna kalau bukan dengan mu lantas dengan siapa lagi aku melakukannya?. Dengan mereka yang merasa hebat itu? atau dengan keegoisan yang sempat membuat ku tertidur lemah di atas tempat yang sejujurnya sangat amat membosankan? Belum lagi raut kesedihan orang - orang disekitar, yang selalu berhasil membuat ku menyesali keegoisan yang sudah ku lakukan saat itu. Dan tak apa jika kelak mimpinya sedikit berbeda. Berbeda itu terkadang menyenangkan, bukan? apalagi jika perbedaan itu nyatanya jauh lebih baik, astaga membayangkannya saja sudah membuat semangat didalam diri ku membara layaknya api unggun ditengah lingkaran besar. Dan ingat, jangan terlalu memaksakan. Tak apa sesekali berhenti.

Berhenti untuk mengerti.
Berhenti untuk memahami.
Dan berhenti untuk memulihkan.
Dan satu lagi, mulai sekarang berjanjilah. Berjanji untuk berhenti mendengarkan mereka.
Berjanji untuk tidak lagi mengacuhkan rasa lelah di dalam raga itu.

Dan terakhir untuk diriku.
Maaf telah membuat mu banyak berjuang tetapi aku tak kunjung memberi sebuah kata pujian.
Maaf telah membuat mu dulu tertidur bosan selama berbulan - bulan. Belum lagi benda - benda asing itu yang kerap kali melukai mu dan meninggalkan tanda, yang selalu aku tutupi dengan benda cantik lainnya.
Maaf telah menjadi egois, sampai - sampai aku membencimu tiap kali melihat pantulan itu di cermin.
Dan maaf telah membebani mu dengan tingkah mereka yang bahkan tidak mengenal ku dengan baik.

Terima kasih.
Terima kasih telah berjuang sebanyak yang bahkan aku dibuat takjub ketika menyadarinya.
Terima kasih telah membuatnya jauh lebih baik.
Dan terima kasih masih berada disini bersama - sama.


08 June 2020,
-FN

0 comments