//

Cinderella Tanpa Sepatu Kaca


Kupikir semuanya sangat menyenang, aku ingat bagaimana detik itu menunjukan waktu tengah malam. Layaknya cerita cinderella, aku selalu bermain dengan ekspetasi dan harapan - harapan yang mungkin akan berakhir bahagia pikir ku saat itu. Seperti cerita cinderella rasanya sangat jauh. Bagaimana bisa seorang gadis muda yang sering berbicara dengan binatang kecil berharap dapat menari dengan anggun layaknya seorang putri di kastil indah. Namun sedihnya, tiap kali matahari dan burung - burung mengajak untuk bermain justru aku hanya bisa bicara dengan hati yang bahkan semut disebelah ku pun tidak dapat mendengarnya jika memang mereka memiliki indra pendengaran. Layaknya cinderella aku memandang jauh dari balik jendela dan berharap semua akan baik - baik saja kelak. Setiap kali menerima pesan dari mu ditengah malam rasanya seperti cinderella yang berdansa dengan seorang menatapnya penasaran namun ada ketulusan disana. Belum lagi pertanyaan - pertanyaan menyelidik yang kerap kali ku ubah dengan alasan tidak ingin terlalu banyak tahu. Akan lebih baik rahasia tetap menjadi rahasia sama seperti cinderella yang selalu menyembunyikan siapa dirinya bahkan pada seseorang yang telah membuat hatinya luluh sekalipun. Dulu kupikir cinderella sangat bodoh dan terlalu jual mahal dengan pangeran, lantaran tidak banyak menjawab tiap kali pangeran menuntut jawaban lebih, namun setelah dewasa aku tahu bahwa ada rasa ingin memiliki dan rasa tidak ingin melukai disaat bersamaan. Lucu memang, tapi seperti itulah kisah mereka. Lalu aku baru menyadari bahwa terlalu manis untuk menjadi kenyataan juga seperti berada di negeri dongeng. Negeri dimana cinderella tinggal.
 
Lalu lama - kelamaan aku hanya bisa menyerah, menyerah dengan bagaimana keadaan bahkan membuatku layaknya orang bodoh yang selalu menghitung hari. Entah lah, terakhir kali aku berpikir untuk menyerah itu ketika kamu mulai menatap ku, Februari. Lalu setelahnya menjadi baik, namun detik berikut menjadi buram. Lantas pikiran gila itu muncul lagi, pikiran dimana aku menyerah bukan karna keadaan tapi karna menghindari mu. aku hanya ingin sehat, bukan untuk melukai diriku dengan asumsi - asumsi gila yang sayangnya kerap kali menetap disana. Belum lagi sifat egoistis ku yang berharap segalanya sesuai ekspetasi. Aku menyerah, tak apa mungkin hanya sedikit sakit tapi setelahnya sembuh kan? Aku menyerah tak apa setiap orang wajar merasa lelah bahkan di detik - detik kemenangan. Aku menyerah terhadap semua ekspatasi dan permain manis yang kerap kali membuat ku terlalu bahagia. Benar kata mereka, jangan terlalu bahagia sebab kita tidak tahu kapan semuanya direngut secara tiba - tiba. Mulai sekarang semuanya kembali seperti semula, dimana aku akan hilang, atau lebih tepatnya lonceng cinderella sudah berbunyi nyaring, saatnya untuk kembali. Maaf, aku tidak akan meninggalkan sepatu kaca, karna aku tidak mau kamu terlalu lelah lantaran mengingat ku dan aku tidak mau kamu bersedih karna mencari ku.


17 June 2020
-FN

0 comments