//

Sidenote : A place for peace


Dulu setiap kali tidak merasa baik, aku selalu datang ketempat dimana kebanyakan orang membuat permohonan atau bahkan bercerita banyak. Duduk sambil memandang meja serta pusat dari segala kesucian. Ada satu orang yang kulihat sedang duduk dibarisan paling depan. Entah sudah berapa lama lutut itu menopang yang jelas dari jauh suasananya tidak begitu baik. Sewaktu kecil aku selalu menyukai barisan paling depan, tempat yang paling menyenangkan karna kata mereka jika aku duduk disana dan tidak berisik Dia akan mendengarkan permohonan ku sekalipun itu mustahil. 


Waktu itu aku tidak meminta, tidak juga bercerita. Aku hanya duduk sambil memandang lurus kedepan. Menarik nafas sesekali sambil menelan kesesakan. Duduk lalu kembali memandang sosok yang masih sibuk berlutut. Aku tersenyum. Aku pernah melakukannya, bahkan sering. Tapi kali ini aku hanya ingin duduk. Duduk di kursi kayu panjang pada barisan ketiga. Aku bahkan bisa melihat dengan lembut tempat buku - buku penenang tersusun rapih seperti biasa dibalik kursi itu. Suara burung. Dan aroma keheningan. 


Waktu itu aku hanya duduk. Merasa tidak baik - baik saja tapi tidak juga ingin bercerita. Bukan karna bingung ingin memulai darimana hanya saja pikiran kekanak - kanakan ku mengatakan Dia bahkan mengetahui segalanya. Masih mengenakan seragam yang nyatanya berbeda dari kebanyakan anak seusiaku. Kemeja hijau dan rok pendek diatas lutut berwarna biru. Sepatu bergaya klasik persis seperti murid pada kisah harry potter. Seragam yang membuat kami yang memakainya terlihat dari tempat yang cukup punya nama di kota itu. Tempat menimba pengetahuan yang juga memiliki tempat yang membuatku selalu  tenang. Tempat yang biasanya dikunjungi pada akhir pekan namun saat itu dapat ku datangi setiap hari. 


Waktu itu.

Aku selalu mendatangi tempat itu. Pertama kali kesana bersama salah seorang teman yang tampak begitu serius bercerita hingga tanpa sadar hujan mengalir deras disana. Menyatukan kedua tangan sambil terus bercerita didalam hatinya. Hingga tanpa sadar  aku meminta untuk “apapun yang ia ceritakan tolong bantulah”. Tidak ada pertanyaan yang tercipta setelahnya. Hanya berjalan beriringan dan sesekali memastikan bahwa ia merasa jauh lebih baik.


Waktu itu. Setelah duduk hampir 30 menit tanpa suara, aku bergegas untuk pulang. Benar, tempat yang benar - benar menenangkan. Tempat yang selalu menyajikan ketenangan bagi mereka yang datang. Tempat yang lebih sering di kunjungi ketika akhir pekan dan perayaan besar. Tempat yang menjadi pilihan akhir setiap kali dunia menjadi cukup kejam. Tempat dimana suara lonceng terindah selalu terdengar merdu setiap kali pukul 12 siang.



04 Aug 2021

FKN


 

0 comments