//

Chapter 5 : Piring Hitam

 
 Apa kalian pernah menarik nafas karna sebuah kata yang tidak bisa terungkap dengan alasan tertentu?

Apa kalian pernah duduk seorang diri, memperhatikan kebisingan dunia sambil tersenyum?


Apa kalian pernah tanpa sadar mundur perlahan karna terlalu banyak tersenyum?


Hari ini aku mendengarkan musik melankolis. Lirik yang penuh dengan ungkapan isi hati terdalam seorang gadis. Dan nada pembuka yang manis. Padahal aku selalu menghindari musik seperti ini karna suatu alasan bahwa... jika terlalu jujur mungkin saja akan terluka.


Aku melihat dari seberang, seorang tengah mengungkapkan apa yang ada didalam hatinya. Dengan suara yang mungkin bisa didengar dengan jelas oleh siapapun. Ekspresi serta cara mereka benar - benar bertolak belakang.


“Pasti rasanya lega.”


Aku selalu mengagumi keadaan dimana seseorang bisa begitu jujur dengan dirinya sendiri. Meledak seperti bom atom. Ekspresif seperti kembang api. Jika saja aku bisa melakukan hal itu. 


“Apa itu cukup melegakan?”

“Apa setelahnya menjadi baik?”

“Apa... apa setelah itu rasanya menjadi ringan?”


Ada begitu banyak pertanyaan yang selalu ingin ku tanyakan setiap kali salah seorang teman dekat bercerita tentang kekesalannya hanya karna sebuah hal yang mungkin sangat ringan bagi kebanyakan orang. Melihat bagaimana sepasang mata itu berbicara ditambah dengan rasa penasaran ku akan sebuah ruang yang mereka namakan dengan kelegaan.


Setiap kali merasakan hal yang ingin sekali di ungkapkan, aku cenderung menghabiskan banyak waktu dan tenaga. Aku cenderung membuat diriku lelah hingga tidak memiliki alasan selain untuk tidur terlelap. Aku cenderung mengelilingi sebuah tempat hingga tidak memiliki alasan untuk salah tempat. Aku cenderung memikirkannya secara berulang - ulang sehingga tidak ada lagi ruang tersisa disana. Disaat kebanyakan gadis mungkin bisa sangat ekspresif dengan apa yang mereka rasakan, aku cenderung menyembunyikannya dengan alasan sekalipun dunia mengetahuinya semua jawaban tetaplah berada ditanganku, baik sekarang maupun nanti. 


Melihat sepasang sepatu sambil sesekali memperhatikan lalu lalang. Memainkan jari - jari kecil dibalik sana rasanya cukup bisa membuat segurat senyuman. Sudah lama sekali tidak memainkan sebuah permainan mengikuti. Dulu setiap kali seseorang berada tepat didepan ku, langkah kakinya selalu menarik perhatian untuk di ikuti. Hingga sampai suatu hari permainan berakhir lantaran seseorang tersenyum karna tingkah ku yang aneh itu. 보고싶어.


Sejujurnya imajinasiku tentang kehidupan sangatlah sederhana. Menjadi tokoh utama dalam semua tulisanku. Menjadi karakter yang cukup mudah untuk dipahami sekalipun hanya sepasang mata yang berbicara. Tidak lagi membohongi ataupun menghindari tempat dimana disana mungkin begitu banyak menyimpan banyak rahasia dan tanda tanya yang cukup membingungkan. Tidak lagi mematahkan tempat yang memang sudah rapuh sedari awal. Serta tidak lagi membiarkan hujan deras terjadi pada musim semi. 


Aku hanya ingin hidup dengan terus terang.  Aku ingin hidup dengan penuh warna. Dan aku ingin hidup dengan semua kumpulan pernyataan bukan lagi pertanyaan.




07 Jun 2021


- FKN


0 comments