ETIKA SEBAGAI TINJUAN DAN PERILAKU ETIKA DALAM BISNIS
KATA PENGANTAR
Puji dan
syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah
ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Profesi. Dalam makalah ini kami membahas tentang etika sebagai tinjauan dan perilaku etika dalam bisnis. Ucapan terima kasih pun tidak lupa kami ucapkan
kepada pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini yang tidak dapat disebutkan satu
per satu.
Kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu masukan berupa kritikan dan saran sangat kami harapkan
demi penyempurnaan makalah ini. Akhir kata, kiranya makalah ini dapat berguna dan bisa menjadi
pedoman bagi mahasiswa untuk dapat mempelajari serta memahami tentang etika profesi. Sekian dan terima kasih.
Bekasi, Oktober 2017
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Kerja
merupakan kewajiban bagi manusia. Melalui kerja manusia mengekspresikan
dirinya, sehingga melalui kerja orang dapat lebih dikenal oleh orang lain.
Kerja bukan hanya sekedar untuk mendapat upah atau gaji, jabatan atau
kekuasaan, dan berbagai maksud-maksud lainnya. Dalam dan melalui kerja manusia
mengungkapkan dirinya lebih otentik sebagai manusia yang disiplin, bertanggung
jawab, jujur, tekun, pantang menyerah, memiliki visi dan misi atau sebaliknya.
Dunia kerja merupakan sarana bagi perwujudan dan sekaligus pelatihan diri untuk
menjadi semakin baik.
Untuk lebih mendalami mengenai dunia kerja, perlu
lebih mendalami topik - topik yang berkaitan dengan peningkatan kualitas diri
dan pribadi sebagai seorang pekerja maupun sebagai seorang profesional. Dalam
melaukukan perkerjaan perlu juga dibatasi dengan kode etik, yang mana seorang
pekerja dalam melakukan kinerjanya. Maka etika profesi seorang pekerja yang
dalam menjalankan tugas akan berjalan dengan secara profesional dan tepat
sesuai dengan tujuan pekerjaannya. Profesi adalah kata serapan dari sebuah
kata dalam bahasa Inggris "Profess",
yang berasal dari bahasa Yunani yaitu bermakna: "Janji untuk memenuhi
kewajiban melakukan suatu tugas khusus secara tetap atau permanen".
Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta proses sertifikasi dan lisensi yang
khusus untuk bidang profesi tersebut.
Kode etik profesi dalam bidang apapun merupakan
bagian dari etika profesi. Kode etik profesi merupakan lanjutan dari
norma-norma yang lebih umum yang telah dibahas dan dirumuskna dalam etika
profesi. Kode etik lebih memperjelas, memepertegas, dan merinci norma-norma ke
bentuk yang lebih sempurna walaupun sebenarnya norma-norma tersebut sudah
tersira dalam etika profesi. Tujuan utama dari kode etik adalah memberi
pelayanan khusus dalam masyarakat tanpa mementingkan kepentingan pribadi atau
kelompok.
1.2
Tujuan
Penulisan
Setelah
mempelajari pokok bahasan ini, diharapkan mahasiswa dapatmemahami dan menjelaskan secara detail tentang
masalah - masalah berikut ini :
1)
Memahami
gambaran umum tentang pengertian etika sebagai tinjauan.
2)
Dapat mengetahui
prinsip – prinsip etika.
3)
Mengetahui
basis teori etika dan egoism.
4)
Dapat memahami lingkungan bisnis yang
mempengaruhi perilaku etika
5)
Memahami
kesaling-tergantungan antara bisnis dan masyarakat
6)
Dapat
memahami kepedulian pelaku bisnis terhadap etika
7)
Memahami perkembangan dalam etika bisnis
8)
Dapat
memahami etika bisnis dan akuntan
1.3 Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
cara memahami etika sebagai tinjauan?
2.
Bagaimana
cara memahami perilaku etika dalam bisnis?
3.
Bagaimana
contoh kasus etika profesi dan penyelesaiannya?
1.1 Sistematika
Penulisan
Sistematika
penulisan makalah ini yaitu :
- BAB I PENDAHULUAN didalamnya
berisis mengenai latar belakang penulisan makalah, tujuan penulisan
makalah, Rumusan Masalah, batasan Masalah Dan Juga Sistematika penulisan
makalah sendiri.
- BAB II ETIKA PROFESI DAN PERILAKU ETIKA DALAM BISNIS yang
merupakan isi dari pembahasan mengenai etika profesi sebagai tinjuan
secara terinci.
- BAB III PENUTUP
didalamnya berisi mengenai kesimpulan dari pembahsan
makalah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Etika
Menurut James J.Spillane SJ berpendapat bahwa etika
atau ethics memperhatikan dan mempertimbangkan tingkah laku manusia dalam
pengambilan keputusan moral. Menurut O.P. Simorangkir, etika atau etik adalan
pandangan manusia dalam berperilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.
Berdasarkan
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995), pengertian etika adalah sebagai berikut :
1. Etika
merupakan ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk serta tentang hak dan
kewajiban moral (akhlak);
2. Moral
memiliki arti
Ajaran tentang apa yang baik dan yang buruk yang
diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti,
asusila;
Kondisi Mental Yang Membuat Orang
Tetap Berani, Bersemangat, Bergairah, Berdisiplin, Isi Hati Atau Keadaan Perasaan.
Jika dilihat dari asal kata, etika diambil dari
bahasa Yunani yaitu “ethos” yang bermakna adat istiadat/kebiasaan yang baik.
Etika disebut juga sebagai filsafat moral, yaitu cabang dari filsafat yang
berbicara mengenai tindakan manusia. Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia,
akan tetapi etika lebih mengarah kepada bagaimana manusia harus bertindak.
Berbicara mengenai etika tidaklah dapat kita pisahkan
dengan norma, seperti pendapat menurut Maryani & Ludigdo (2001) “Etika
adalah seperangkat aturan atau norma atau pedoman yang mengatur perilaku
manusia, baik yang harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang di anut
oleh sekelompok atau segolongan masyarakat atau profesi”.
Perilaku manusia ini ditentukan oleh bermacam-macam
norma. Norma ini masih dibagi kagi menjadi norma hukum, norma agama, norma
moral, dan norma sopan santun.
·
Norma hukum berasal dari hukum dan
perundang-undangan
·
Norma agama berasal dari agama
·
Norma moral berasal dari suara batin
·
Norma sopan santun berasal dari
kehidupan sehari-hari sedangkan norma moral berasal dari etika.
2.2 Prinsip-Prinsip Etika
Dalam
peradaban sejarah manusia sejak abad keempat sebelum Masehi para pemikir telah
mencoba menjabarkan berbagai corak landasan etika sebagai pedoman hidup
bermasyarakat. Para pemikir itu telah mengidentifikasi sedikitnya terdapat
ratusan macam ide agung (great ideas). Seluruh gagasan atau ide agung tersebut
dapat diringkas menjadi enam prinsip yang merupakan landasan penting etika,
yaitu keindahan, persamaan, kebaikan, keadilan, kebebasan, dan kebenaran.
1. Prinsip Keindahan,
Prinsip ini mendasari segala sesuatu yang mencakup penikmatan rasa senang
terhadap keindahan. Berdasarkan prinsip ini, manusia memperhatikan nilai-nilai
keindahan dan ingin menampakkan sesuatu yang indah dalam perilakunya. Misalnya
dalam berpakaian, penataan ruang, dan sebagainya sehingga membuatnya lebih
bersemangat untuk bekerja.
2. Prinsip Persamaan,
Setiap manusia pada hakikatnya memiliki hak dan tanggung jawab yang sama,
sehingga muncul tuntutan terhadap persamaan hak antara laki-laki dan perempuan,
persamaan ras, serta persamaan dalam berbagai bidang lainnya. Prinsip ini
melandasi perilaku yang tidak diskrminatif atas dasar apapun.
3. Prinsip Kebaikan,
Prinsip ini mendasari perilaku individu untuk selalu berupaya berbuat kebaikan
dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Prinsip ini biasanya berkenaan dengan
nilai-nilai kemanusiaan seperti hormat- menghormati, kasih sayang, membantu
orang lain, dan sebagainya. Manusia pada hakikatnya selalu ingin berbuat baik,
karena dengan berbuat baik dia akan dapat diterima oleh lingkungannya.
Penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat
sesungguhnya bertujuan untuk menciptakan kebaikan bagi masyarakat.
4. Prinsip Keadilan,
Pengertian keadilan adalah kemauan yang tetap dan kekal untuk memberikan kepada
setiap orang apa yang semestinya mereka peroleh. Oleh karena itu, prinsip ini
mendasari seseorang untuk bertindak adil dan proporsional serta tidak mengambil
sesuatu yang menjadi hak orang lain.
5. Prinsip Kebebasan,
Kebebasan dapat diartikan sebagai keleluasaan individu untuk bertindak atau
tidak bertindak sesuai dengan pilihannya sendiri. Dalam prinsip kehidupan dan
hak asasi manusia, setiap manusia mempunyai hak untuk melakukan sesuatu sesuai
dengan kehendaknya sendiri sepanjang tidak merugikan atau mengganggu hak-hak
orang lain. Oleh karena itu, setiap kebebasan harus diikuti dengan tanggung
jawab sehingga manusia tidak melakukan tindakan yang semena-mena kepada orang
lain. Untuk itu kebebasan individu disini diartikan sebagai:
6. Prinsip integritas moral yang
tinggi, yaitu komitmen pribadi menjaga keluhuran profesi.
2.3 Baris Teori Etika
1. Teori
Deontologi
Deontologi
berasal dari bahasa Yunani, deon yang berarti kewajiban. Yaitu
kewajiban manusia untuk selalu bertindak baik. Suatu tindakan dikatakan baik
dan bermoral karena tindakan tersebut dilaksanakan berdasarkan kewajiban yang
harus dilaksanakan bukan pada tujuan atau akibat dari tindakan tersebut.
2. Teori
Teleologi
Dalam
teori ini, tindakan baik maupun buruk manusia diukur berdasarkan tujuan yang
mau dicapai dengan tindakan itu, atau suatu tindakan dinilai baik atau bermoral
kalau yang di akibatkan itu baik atau berguna. Permasalahan yang meliputi teori
ini seputar bagaimana menilai akibat atau tujuan baik dari suatu tindakan dan
untuk siapa tindakan tersebut. Oleh sebab itu, teori teleologi ini memunculkan
teori-teori baru seperti egoisme dan utilitarisme.
3. Teori
Hak
Teori
hak ini adalah pendekatan yang paling banyak dipakai untuk mengevaluasi baik
buruknya suatu perbuatan atau perilaku. Teori Hak merupakan suatu aspek dari
teori deontologi, karena berkaitan dengan kewajiban. Hak dan kewajiban bagaikan
dua sisi uang logam yang sama dan tidak dapat dopisahkan.
4. Teori
Keutamaan (Virtue)
Memandang
sikap atau akhlak seseorang. Tidak ditanyakan apakah suatu perbuatan tertentu
adil atau jujur, atau murah hati dan sebagainya. Keutamaan bisa didefinisikan
sebagai berikut : disposisi watak yang telah diperoleh seseorang dan
memungkinkan dia untuk bertingkah lau baik secara moral.
2.4 Egoism
Kata egoisme merupakan istilah yang berasal dari
bahasa Latin yakni ego, yang berasal dari kata Yunani kuno yang masih digunakan
dalam bahasa Yunani modern yang berarti diri atau saya, dan kata isme,
digunakan untuk menunjukkan sistem kepercayaannya.
Egoisme adalah cara untuk mempertahankan dan
meningkatkan pandangan yang menguntungkan bagi dirinya sendiri, dan umumnya
memiliki pendapat untuk meningkatkan citra pribadi seseorang dan pentingnya
intelektual, fisik, sosial dan lainnya. Egoisme ini tidak memandang kepedulian
terhadap orang lain maupun orang banyak pada umumnya dan hanya memikirkan diri
sendiri
Inti pandangan dari Egoisme yaitu tindakan dari
setiap orang pada dasarnya adalah untuk mengejar kepentingan pirbadi dan
memajukan dirinya sendiri. Aristoteles berpenapat bahwa tujuan hidup dan
tindakan setiap manusia adalah untuk mengejar kebahagiannya. Egoisme dianggap
bermoral dan etis karena kebahagiaan dan kepentingan pribadi dalam bentuk
hidup, hak, dan keamanan secara moral dianggap baik dan pantas untuk diupayakan
dan dipertahankan.
2.5 Perilaku Etika Dalam Bisnis
Etika bisnis merupakan suatu rangkaian
prinsip/aturan/norma yang harus diikuti apabila menjalankan bisnis. Etika
bisnis terkait dengan masalah penilaian terhadap kegiatan dan perilaku bisnis
yang mengacu pada kebenaran atau kejujuran berusaha (bisnis). Kebenaran disini
yang dimaksud adalah etika standar yang secara umum dapat diterima dan diakui
prinsip-prinsipnya baik oleh masyarakat, perusahaan dan individu. Perusahaan
meyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang beretika, yakni bisnis
dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang dijalankan dengan mentaati
kaidah-kaidah etika sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku.
2.6 Lingkungan Bisnis yang Mempengaruhi
Perilaku Etika
Memaksimalkan
keuntungan merupakan satu-satunya tujuan bagi sebuah perusahaan. Akan tetapi.
karena yang diincar adalah keuntungan, mudah sekali terjadi penyimpangan
terhadap norma-norma moral. Mudah sekali orang tergoda untuk menempuh jalan
pintas dalam meningkatkan keuntungan. Namun semakin disadari bahwa godaan itu
membawa risiko besar yang akan menjadi bom waktu yang akan menghancurkan
perusahaan pada jangka panjang. Dalam hal ini peran manajer sangat penting
dalam mengambil keputusan-keputusan bisnis secara etis. Terdapat beberapa
faktor yang berpengaruh terhadap perilaku etika dalam bisnis yaitu :
1. Lingkungan
Bisnis
Seringkali
para eksekutif perusahaan dihadapkan pada suatu dilema yang menekannya, seperti
misalnya harus mengejar kuota penjualan, menekan biaya, peningkatan efisiensi
dan bersaing, Dipihak lain eksekutif perusahaan juga harus bertanggung jawab
terhadap masyarakat agar kualitas barang terjaga, harga barang terjangkau.
Disini nampak terdapat dua hal yang bertentangan harus dijalankan. Misalnya,
menekan biaya dan efisiensi tetapi harus tetap meningkatkan kualitas produk.
Oleh karena itu eksekutif perusahaan harus pandai mengambil keputusan etis yang
tidak merugikan perusahaan.
Lingkungan bisnis adalah segala sesuatu
yang mempengaruhi aktivitas bisnis dalam suatu lembanga organisasi atau
perubahan. Faktor – faktor yang mempengaruhi lingkungan bisnis adalah :
a. Lingkungan
internal
Segala sesuatu didalam organisasi atau
perusahaan yang akan mempengaruhi organisasi atau perusahaan tersebut.
b. Lingkungan
Eksternal
Segala sesuatu di luar batas-batas
organisasi atau perusahaan yang mempengaruhi organisasi atau perusahaan.
Perubahan lingkungan bisnis yang semakin tidak
menentu dan situasi bisnis yang semakin komperatif menimbulkan pesaingan yang
semakin tajam, ini di tandai dengan semakin banyaknya perusahaan milik
pemerintah atau swasta yang didirikan baik itu perusahaan berskala besar,
perusahaan menengah, maupun perusahaan berskala kecil.
2. Organisasi
Secara
umum, anggota organisasi itu sendiri saling mempengaruhi satu dengan yang
lainnya. Dilain pihak organisasi terhadap individu harus tetap berprilaku etis,
misalnya masalah pengupahan, jam kerja maksimum.
3. Individu
Seseorang
yang memiliki filosofi moral, dalam bekerja dan berinteraksi dengan sesama akan
berprilaku etis. Prinsip-prinsip yang diterima secara umum dapat dipelajari
dari interaksi dengan teman, famili, dan kenalan. Dalam bekerja, individu harus
memiliki tanggung jawab moral terhadap hasil pekerjaannya yang menjaga
kehormatan profesinya. Bahkan beberapa profesi memiliki kode etik tertentu
dalam pekerjaannya.
Tujuan dari sebuah bisnis kecil adalah untuk tumbuh
dan menghasilkan uang. Untuk melakukan itu, penting bahwa semua
karyawan di papan dan bahwa kinerja mereka dan perilaku berkontribusi pada
kesuksesan perusahaan. Perilaku karyawan, bagaimanapun, dapat dipengaruhi oleh
faktor eksternal di luar bisnis.Pemilik usaha kecil perlu menyadari
faktor-faktor dan untuk melihat perubahan perilaku karyawan yang dapat sinyal
masalah, antara lain:
a. Budaya
Organisasi
Keseluruhan
budaya perusahaan dampak bagaimana karyawan melakukan diri dengan rekan kerja,
pelanggan dan pemasok. Lebih dari sekedar lingkungan kerja, budaya organisasi
mencakup sikap manajemen terhadap karyawan, rencana pertumbuhan perusahaan dan
otonomi / pemberdayaan yang diberikan kepada karyawan. “Nada di atas” sering
digunakan untuk menggambarkan budaya organisasi perusahaan. Nada positif dapat
membantu karyawan menjadi lebih produktif dan bahagia. Sebuah nada negatif
dapat menyebabkan ketidakpuasan karyawan, absen dan bahkan pencurian atau
vandalisme.
b. Ekonomi
Lokal
Melihat
seorang karyawan dari pekerjaannya dipengaruhi oleh keadaan perekonomian
setempat. Jika pekerjaan yang banyak dan ekonomi booming, karyawan secara
keseluruhan lebih bahagia dan perilaku mereka dan kinerja cermin itu. Di sisi
lain, saat-saat yang sulit dan pengangguran yang tinggi, karyawan dapat menjadi
takut dan cemas tentang memegang pekerjaan mereka.Kecemasan ini mengarah pada
kinerja yang lebih rendah dan penyimpangan dalam penilaian. Dalam beberapa
karyawan, bagaimanapun, rasa takut kehilangan pekerjaan dapat menjadi faktor
pendorong untuk melakukan yang lebih baik.
c. Reputasi
Perusahaan dalam Komunitas
Persepsi
karyawan tentang bagaimana perusahaan mereka dilihat oleh masyarakat lokal
dapat mempengaruhi perilaku. Jika seorang karyawan menyadari bahwa
perusahaannya dianggap curang atau murah, tindakannya mungkin juga seperti itu.
Ini adalah kasus hidup sampai harapan. Namun, jika perusahaan dipandang sebagai
pilar masyarakat dengan banyak goodwill, karyawan lebih cenderung untuk
menunjukkan perilaku serupa karena pelanggan dan pemasok berharap bahwa dari
mereka.
d. Persaingan
di Industri
Tingkat
daya saing dalam suatu industri dapat berdampak etika dari kedua manajemen dan
karyawan, terutama dalam situasi di mana kompensasi didasarkan pada pendapatan.
Dalam lingkungan yang sangat kompetitif, perilaku etis terhadap pelanggan dan
pemasok dapat menyelinap ke bawah sebagai karyawan berebut untuk membawa lebih
banyak pekerjaan. Dalam industri yang stabil di mana menarik pelanggan baru
tidak masalah, karyawan tidak termotivasi untuk meletakkan etika internal
mereka menyisihkan untuk mengejar uang.
2.7 Kesaling Ketergantungan Antara
Bisnis dan Masyarakat
Bisnis
melibatkan hubungan ekonomi dengan banyak kelompok orang yaitu pelanggan,
tenaga kerja, stockholders, suppliers, pesaing, pemerintah dan komunitas. Oleh
karena itu para pebisnis harus mempertimbangkan semua bagian dari stakeholders
dan bukan hanya stockholdernya saja. Pelanggan, penyalur, pesaing, tenaga
kerja, dan bahkan pemegang saham adalah pihak yang sering berperan untuk
keberhasilan dalam berbisnis.
Lingkungan
bisnis yang mempengaruhi perilaku etika adalah lingkungan makro dan
lingkungan mikro. Sebagai bagian dari masyarakat, tentu bisnis tunduk pada
norma-norma yang ada pada masyarakat. Tata hubungan bisnis dan masyarakat yang
tidak bisa dipisahkan itu membawa serta etika-etika tertentu dalam kegiatan
bisnisnya, baik etika antara sesama pelaku bisnis maupun etika terhadap
masyarakat dalam hubungan langsung maupun tidak langsung. Dengan memetakan pola
hubungan dalam bisnis seperti itu dapat dilihat bahwa prinsip-prinsip etika
bisnis terwujud dalam satu pola hubungan yang bersifat interaktif. Hubungan ini
tidak hanya dalam satu negara, tetapi meliputi berbagai negara yang
terintegrasi dalam hubungan perdagangan dunia.
Pelaku
bisnis dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya dalam
bentuk "uang " dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan dengan
mengembangkan dan memanifestasikan sikap tanggung jawab terhadap masyarakat
sekitarnya. Tanggung jawab sosial bisa dalam bentuk kepedulian terhadap
masyarakat, terutama dalam hal pendidikan, kesehatan, pemberian pelatihan
keterampilan, dan lain sebagainya. Etika bisnis merupakan penerapan tanggung
jawab sosial suatu bisnis yang timbul dari dalam perusahaan itu sendiri.
Seperti halnya manusia pribadi juga memiliki etika pergaulan antar manusia,
maka pergaulan bisnis dengan masyarakat umum juga memiliki etika pergaulan
yaitu etika pergaulan bisnis. Etika pergaulan bisnis dapat meliputi beberapa
hal antara lain adalah :
A. Hubungan
antara bisnis dengan langganan / konsumen
Hubungan
antara bisnis dengan langgananya adalah hubungan yang paling banyak dilakukan,
oleh karena itu bisnis haruslah menjaga etika pergaulanya secara baik. Adapun
pergaulannya dengan langganan ini dapat disebut disini misalnya saja :
a. Kemasan
yang berbeda-beda membuat konsumen sulit untuk membedakan atau mengadakan
perbandingan harga terhadap produknya.
b. Bungkus
atau kemasan membuat konsumen tidak dapat mengetahui isi didalamnya.
c. Pemberian
servis dan terutama garansi adalah merupakan tindakan yang sangat etis bagi
suatu bisnis.
B. Hubungan
dengan karyawan
Manajer
yang pada umumnya selalu berpandangan untuk memajukan bisnisnya sering kali
harus berurusan dengan etika pergaulan dengan karyawannya. Pergaulan bisnis
dengan karyawan ini meliputi beberapa hal yakni : Penarikan (recruitment),
Latihan (training), Promosi atau kenaikan pangkat, Tranfer, demosi (penurunan
pangkat) maupun lay-off atau pemecatan / PHK (pemutusan hubungan
kerja). Didalam menarik tenaga kerja haruslah dijaga adanya penerimaan
yang jujur sesuai dengan hasil seleksi yang telah dijalankan. Sering kali
terjadi hasil seleksi tidak diperhatikan akan tetapi yang diterima adalah
peserta yang berasal dari anggota keluarga sendiri.
C. Hubungan
antar bisnis
Hubungan
ini merupakan hubungan antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain.
Hal ini bisa terjadi hubungan antara perusahaan dengan para pesaing, grosir,
pengecer, agen maupun distributor. Dalam kegiatan sehari-hari tentang hubungan
tersebut sering terjadi benturan-benturan kepentingan antara keduanya. Dalam
hubungan ini tidak jarang dituntut adanya etika pergaulan bisnis yang baik.
D. Hubungan
dengan Investor
Perusahaan
yang berbentuk Perseroan Terbatas dan terutama yang akan atau telah "go
public" harus menjaga pemberian informasi yang baik dan jujur dari
bisnisnya kepada para investor. Informasi yang tidak jujur akan menjerumuskan
para investor untuk mengambil keputusan investasi yang keliru. Jangan sampai
terjadi adanya manipulasi atau penipuan terhadap informasi tentang prospek
perusahaan tersebut.
E. Hubungan
dengan Lembaga-Lembaga Keuangan
Hubungan
dengan lembaga-lembaga keuangan terutama pajak pada umumnya merupakan hubungan
pergaulan yang bersifat finansial. Hubungan ini merupakan hubungan yang
berkaitan dengan penyusunan laporan keuangan. Laporan finansial tersebut
haruslah disusun secara baik dan benar sehingga tidak terjadi kecendrungan kearah
penggelapan pajak atau sebagainya. Keadaan tersebut merupakan etika pergaulan
bisnis yang tidak baik.
2.8 Kepedulian Pelaku Bisnis Terhadap
Etika
Para
pelaku bisnis diharapkan dapat mengaplikasikan etika bisnis dalam menjalankan
usahanya. Dengan adanya etika bisnis yang baik dari suatu usaham maka akan
memberikan suatu nilai positif untuk perusahaannya. Hal ini sangatlah penting
dami meningkatkan ataupun melindungi reputasi perusahaan tersebut sehingga
bisnis yang dijalankan dapat berjalan dengan baik, bahkan dapat meningkatkan
cangkupan bisnis yang terkait. Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan, antara lain adalah :
a.
Pengendalian diri
Pelaku-pelaku bisnis
dan pihak yang terkait mampu mengendalikan diri mereka masing-masing untuk
tidak memperoleh apapun dari siapapun dan dalam bentuk apapun. Disamping itu,
pelaku bisnis sendiri tidak mendapatkan keuntungan dengan jalan main curang dan
menekan pihak lain.
b.
Pengembangan Tanggung Jawab Sosial
Pelaku bisnis harus
mampu mengembangkan dan memanifestasikan sikap tanggung jawab masyarakat
sekitarnya. Tanggung jawab sosial bisa dalam bentuk kepedulian terhadap
masyarakat, terutama dalam hal pendidikan, kesehatan, pemberian pelatihan
keterampilan, dan lain sebagainya.
c.
Mempertahankan Jati Diri dan tidak mudah
terombang-ambing oleh pesatnya perkembangan TI
Bukan berarti etika
bisnis anti pekembangan informasi dan terknologi, tetapi informasi dan
teknologi itu harus dimanfaatkan untuk kepentingan kepedulian bagi golongan
yang lemah dan tidak kehilangan budaya yang dimiliki akibat adanya tranformasi
informasi dan teknologi.
d.
Menciptakan persaingan yang sehat
Persaingan dalam dunia
bisnis perlu untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas, tetapi persaingan
tersebut tidak mematikan yang lemah, dan sebaliknya harus terdapat jalinan yang
erat antara pelaku bisnis besar dan golongan menengah kebawah, sehingga dengan
perkembangannya perusahaan besar mampu memberikan spread effect terhadap
perkembangan sekitarnya.
e.
Menerapkan konsep "pembangunan
berkelanjutan"
Dunia bisnis seharusnya
tidak memikirkan keuntungan hanya pada saat sekarang, tetapi perlu memikirkan
bagaimana dengan keadaan dimasa mendatang.
f.
Menghindari sifat 5K (Katabelece,
Kongkalikong, Koneksi, Kolusi, dan Komisi)
Jika pelaku bisnis
sudah mampu menghindari sikap seperti ini, kita yakin tidak akan terjadi lagi
apa yang dinamakan dengan korupsi, manipulasi dan segala bentuk permainan
curang dalam dunia bisnis ataupun berbagai kasus yang mencemarkan nama bangsa
dan negara.
g.
Mampu menyatakan yang benar itu benar
h.
Menumbuhkan sikap saling percaya
Untuk menciptakan
kondisi bisnis yang "kondusif" harus ada saling percaya antara
golongan pengusaha kuat dengan golongan pengusaha lemah agar pengusaha lemah
mampu berkembang bersama dengan pengusaha lainnya yang sudah besar dan mapan.
i.
Konsekuen dan Konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama.
2.9 Perkembangan dalam Etika dan Bisnis
Berikut
perkembangan etika bisnis:
1. Situasi
Dahulu
Pada
awal sejarah filsafat, Plato, Aristoteles, dan filsuf-filsuf Yunani lain
menyelidiki bagaimana sebaiknya mengatur kehidupan manusia bersama dalam negara
dan membahas bagaimana kehidupan ekonomi dan kegiatan niaga harus diatur.
2. Masa
Peralihan: tahun 1960-an
Ditandai
pemberontakan terhadap kuasa dan otoritas di Amerika Serikat (AS), revolusi
mahasiswa (di ibukota Perancis), penolakan terhadap establishment (kemapanan).
Hal ini memberi perhatian pada dunia pendidikan khususnya manajemen, yaitu
dengan menambahkan European Business Ethics Network mata kuliah baru
dalam kurikulum dengan nama Business and Society. Topik yang paling sering
dibahas adalah corporate social responsibility.
3. Etika
Bisnis Lahir di AS: tahun 1970-an
Sejumlah
filsuf mulai terlibat dalam memikirkan masalah-masalah etis di sekitar bisnis
dan etika bisnis dianggap sebagai suatu tanggapan tepat atas krisis moral yang
sedang meliputi dunia bisnis di AS.
4. Etika
Bisnis Meluas ke Eropa: tahun 1980-an
Di
Eropa Barat, etika bisnis sebagai ilmu baru mulai berkembang kira-kira 10 tahun
kemudian. Terdapat forum pertemuan antara akademisi dari universitas serta
sekolah bisnis yang disebut (EBEN).
5. Etika
Bisnis menjadi Fenomena Global: tahun 1990-an
Tidak
terbatas lagi pada dunia Barat. Etika bisnis sudah dikembangkan di seluruh
dunia. Telah didirikan International Society for Business, Economics, and
Ethics (ISBEE) pada 25-28 Juli 1996 di Tokyo.
2.10
Etika
Bisnis Dan Akuntan
Profesi Akuntan publik bisa dikatakan sebagai salah
satu profesi kunci di era globalisasi untuk mewujudkan era transparansi bisnis
yang fair, oleh karena itu kesiapan yang menyangkut profesionalisme
mensyaratkan tiga hal utama yang harus dipunyai oleh setiap anggota profesi
yaitu : keahlian, berpengetahuan dan berkarakter. Karakter menunjukan
personality seorang profesional yang diantaranya diwujudkan dalam sikap dan
tindakan etisnya. Sikap dan tindakan etin akuntan publik akan sangat menentukan
posisinya di masyarakat pemakai jasa profesionalnya. Profesi juga dapat
dirumuskan sebagai pekerjaan yang dilakukan untuk mendapatkan nafkah hidup
dengan mengandalkan keahlian dan keterampilan yang tinggi serta dengan
melibatkan komitmen pribadi yang mendalam. Untuk menegakkan akuntansi sebagai
sebuah profesi yang etis, dibutuhkan etika profesi dalam mengatur kegiatan
profesinya. Etika profesi itu sendiri, dalam kerangka etika merupakan bagian
dari etika sosial. Karena etika profesi menyangkut etika sosial, berarti
profesi (dalam hal ini profesi akuntansi) dalam kegiatannya pasti berhubungan
dengan orang/pihak lain (publik). Dalam menjaga hubungan baik dengan pihak lain
tersebut akuntan haruslah dapat menjaga kepercayaan publik.
Dalam kenyataannya, banyak akuntan yang tidak
memahami kode etik profesinya sehingga dalam prakteknya mereka banyak melanggar
kode etik. Hal ini menyebabkan menurunnya tingkat kepercayaan publik terhadap
profesi akuntansi. Kondisi ini diperburuk dengan adanya perilaku beberapa
akuntan yang sengaja melanggar kode etik profesinya demi memenuhi kepentingan
mereka sendiri.
Dalam menjalankan profesinya seorang akuntan di
Indonesia diatur oleh suatu kode etik profesi dengan nama kode etik Ikatan
Akuntan Indonesia. Kode etik Ikatan Akuntan Indonesia merupakan tatanan etika
dan prinsip moral yang memberikan pedoman kepada akuntan untuk berhubungan
dengan klien, sesama anggota profesi dan juga dengan masyarakat. Selain dengan
kode etik akuntan juga merupakan alat atau sarana untuk klien, pemakai laporan
keuangan atau masyarakat pada umumnya, tentang kualitas atau mutu jasa yang
diberikannya karena melalui serangkaian pertimbangan etika sebagaimana yang
diatur dalam kode etik profesi.
Contoh Kasus Perilaku
Etika Dalam Bisnis
PANGKALAN
KERINCI, JurnalRiau,Com- Akibat persaingan kurang sehat pihak perusahaan kini
melakukan berbagai cara untuk merekrut tenaga kerja yang diiming-imingi
kenaikan gaji.Berawal dari kekecewaan dengan management PT Riau Andalan Pulp
and Paper (RAPP), ratusan karyawan di masing-masing departemen perusahaan kayu
yang berbasis di Pangkalan Kerinci mengancam bakal hengkang dari perusahaan dan
hijrah Ke PT Indah Kiat.
Kekecewaan
tersebut dikarenakan perusahaan ini telah ingkar janji dengan para karyawan
terkait bonus yang akan diberikan. Dimana sebelumnya, para karyawan yang
bekerja di PT RAPP diberikan janji oleh pihak management dengan bonus
kesejahteraan bila target perusahaan tercapai. Namun meski target perusahaan
telah tercapai empat bulan lewat, janji perusahaan yang akan memberikan bonus
pada karyawan tak kunjung terealisasi.
Maka
dari itu, para karyawan yang merasa dikecewakan berniat untuk hengkang dari
perusahaan kayu milik Taipan Sukanto Tanoto itu. Tak tanggung – tanggung, ada
sekitar 80 persen karyawan dari masing-masing departemen yang berencana akan
hengkang ke PT Indah Kiat. Namun niat para karyawan agak sedikit terhalang,
pasalnya pihak perusahaan tak mau melepaskan begitu saja para karyawannya.
Beberapa
Top Management PT RAPP seperti David Ceer, Timo Hakkinen, Elwan Jumandri dan
Jhoni W Sida langsung datang ke lokasi di Grand Hotel Pangkalan Kerinci, Sabtu
(10/4) tempat beberapa karyawan PT RAPP akan melakukan interview dengan PT.
Indah Kiat.Dari pantauan sendiri di lokasi kejadian, memang beberapa orang dari
pihak perusahaan berpakaian preman terlihat mondar-mandir di lingkungan hotel.
Salah seorang karyawan yang akan diinterview oleh PT Indah Kiat di Pangkalan
Kerinci dan wanti-wanti namanya minta dirahasiakan mengakui kekhawatirannya.
Pasalnya, dia bersama kawan-kawannya melihat sendiri bahwa pihak perusahaan PT.
RAPP membawa security berpakaian seragam dan bebas datang ke lokasi
hotel.”Jujur saja, kami ketakutan pak, soalnya management membawa security satu
truk dan preman untuk menjegal kami agar tak jadi diinterview,” pungkas salah
satu karyawan yang enggan disebut identitasnya.
Dilain
sisi menanggapi hal ini secara pribadi pihak Stokeholder Relations
Manager PT.RAPPWan Zak kepada JurnalRiau, Minggu petang (11/04/2010)
mengatakan, bahwa hal itu tidak benar, soal pengamcanam untuk hengkang sudah
kedua kali. Dan untuk keluar dari perusahaan karyawan tergantung kesepakatan
Mou kontrak kerja sebelumnya. Jadi tak segampang itu.
Adanya
rumor interview oleh pihak perusahaan pulp PT. Indah Kiat, bagi sejumlah
karyawan HRD Riaupulp, menurut wan Zack, tindakan itu merupakan persaingan
bisnis yang tak sehat. Dan dinilai merusak etika bisnis, “Selama ini karyawan
kita telah mendapat ilmu pengetahuan dan bimtek, yang cukup handal, kenapa
tiba-tiba ada perusahaan yang merekrut dengan sistem persaingan tak sehat..,”
ucap Wan Zak.
Sementara
Humas Relation PT. Indah Kiat, Nurul Huda ketika dihubungi via ponselnya Minggu
petang (11/04/10) mengaku belum mengetahui hal itu. Karena yang menghandel
masalah adalah HRD.
Penyelesaian:
a.
Ada beberapa kesalahan yang dilakukan
oleh kedua perusahaan diatas. Hal pertama adalah kesalahan yang dilakukan
oleh PT.RAPP (Riau Andalan Pulp and Paper ) yang sudah melanggar
Prinsip Etika bisnis yaitu prinsip kejujuran, prinsip keadilan dan prinsip
tidak berbuat jahat dan berbuat baik. Pada prinsip kejujuran, perusahaan sudah
ingkar janji atau telah melanggar perjanjian dengan para karyawan mengenai
pemberian bonus jika target perusahaan tercapai,, perjanjian yang disepakati
bersama telah diabaikan oleh PT.RAPP.
b.
Pada Prinsip Keadilan , disini ada
kaitanya dengan Prinsip Kejujuran dimana perusahaan seharusnya memberikan
sesuatu yang sudah menjadi hak para karyawan tersebut, di mana prestasi dibalas
dengan kontra prestasi yang sama nilainya. Dan yang terakhir yaitu Prinsip
Integritas Moral, dimana pada kasus ini yang diuntungkan hanya satu pihak yaitu
pihak PT.RAPP. padahal akan lebih baik jika kedua belah pihak merasa
diuntungkan yaitu perusahaan mencapai targetnya dan para karyawan mendapatkan
apa yang seharusnya menjadi hak mereka. Jika saja perusahaan lebih
memperhatikan kesejahteraan karyawan secara keseluruhan maka hal – hal yang
tidak diinginkan seperti artikel diatas tidak akan terjadi.
DAFTAR PUSTAKS
Susanti,
Beny. 2008. Modul Kuliah Etika Profesi Akuntansi. Fakultas Ekonomi Universitas
Gunadarma. Jakarta.
Buku Pengantar
Etika Bisnis; K. Bertens
0 comments